Catatan Popular

Rabu, 24 September 2014

PERISAI MUKMIN FASAL 7 : Shalat

Perisai Mukmin yang tak dapat lagi dipungkiri keampuhannya ialah shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan dalam firman-Nya bahwa shalat merupakan sarana amar makruf nahi  munkar, sebagai penolong dan alat kontrol bagi Mukmin agar bersabar terhadap segala bencana dan mara-bahaya yang senantiasa datang dan mengintai sebagai ujian atas keimanannya. Dan dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam  mengabarkan tentang hakikat shalat yang diumpamakan sebagai tiang agama bagi yang menegakkannya dan kehancuran atas mereka yang melalaikannya.Bahkan ditandaskan pula oleh beliau perbedaan antara si Mukmin dengan si Kafir adalah dengan menegakkan shalat dan tidaknya.
Oleh karena itu, seorang Mukmin dengan penuh kesadaran akan senantiasa memperhatikan waktu-waktu shalatnya. Disamping itu ia akan menegakkannya ditempat yang suci lagi di sucikan, dengan kekhusyu'an, penuh kesabaran, dan tidak lupa memberi peringatan atas orang-orang yang melalaikannya.

Maka shalat  seperti inilah yang akan menjadi perisai untuk menggapai kemenangan.Kemenangan secara kaffah, hancurnya yang munkar dan tegaknya yang makruf.

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar."(Al-'Ankabuut :45)

PERISAI MUKMIN FASAL 6 : Jihad

Ini pun merupakan perisai perwujudan refleksi atas orang-orang yang berhijrah dengan sungguh-sungguh. Yaitu, denganmengadakan perbaikan melalui peningkatan amal shaleh yangdiperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang. Dan atasmereka inilah peran amar makruf terealisasi dengan sempurna.Karena mereka memiliki ciri-ciri yang diisyaratkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam AI-Qur'an, diantaranya:

Pertama : Berperang di jalan Allah (QS an-Nisa 4:76).
Kedua : Berjihad dengan pedoman Al-Qur'an (QS al-Furqan 25:52).
Ketiga : Berjihad dalam barisan yang teratur (QS al- An’am 61:4).
Keempat : Siap mengorbankan harta dan jiwa (QS at-Taubah 9:111).Kelima : Tertindas (QS al-Qashash 28:4).
Dan, atas mereka yang memegang erat-erat perisai jihadnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan mereka kemenangan dan berkuasa di mukabumi, tapi bila mereka gugur Allah Subhanahu wa Ta'ala telah tetapkan atas  mereka rezki yang tidak terputus dan surga yang kekal nan abadi.

 Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi bersabda: "Allah menggembirakan hati orang-orang yang berperang fi sabilillah, yaitu orang yang berperang semata-mata karenaiman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia akan kembali membawa kemenangan dan harta rampasan, atau dimasukkan ke dalam surga."(HR. Bukhari).

PERISAI MUKMIN FASAL 5 : Hijrah



Perisai ini merupakan refleksi dari perwujudan taubat yangmemiliki keterkaitan mutlak dalam rangka menegakkan kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala  yang dalam sirah bisa kita baca bahwa para nabi dan rasul dalam mengemban amanahnya diperintahkan pula oleh Allah Subhanahu waTa'ala
untuk berhijrah. Begitu pun atas Mukmin yang benar keimanannya, yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berhijrah selama pintu taubat masih terbuka menjelang datangnya ajal dan kiamat. Sebagaimana yang disinyalir Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwa tidak akan terputus hijrah sehingga terputus taubat. Yaitu, hijrah dengan taubatnya dari alam jahiliyah kepada cahaya Islam. Hijrah dengan taubatnya dari dosa kepada pahala. Hijrah dengan taubatnya dari panasnya bara api neraka kepada kenikmatan surga. Dan semua ini merupakan sebuah proses yang menuntut sekian banyak pengorbanan. Baik terbentuk harta maupun jiwa. Dan atas orang-orang yang istiqamah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan bagi mereka dalam firman-Nya yang berbunyi:

“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.(QS an-Nisaa' 4:100

PERISAI MUKMIN FASAL 4 : Taubat

Membenamkan diri dalam lumpur dosa merupakan perbuatan yang menutup semua jalan kebaikan yang akan mendorong seseorang ke dalam jurang neraka. Umumnya orang yang seperti ini telah menganggap dirinya sangat kotor hingga sulit untuk dibersihkan dan menganggap sudah kepalang tanggung. Dan ini merupakan kekeliruan yang besar. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan taubat sebagai satu-satunya perisai yang dapat menghapus dosa-dosa dan memudahkan langkah untuk mengadakan berbagai macam perbaikan dan amal shaleh. Untuk itu segeralah bertaubat! Karena perisai ini memiliki kadaluarsa ketika ajal datang menjemput dan kiamat tiba. Dan Mukmin yang memiliki perisai ini tidak akan lari dari empat perkara yang menunjang keabsahan taubatnya, iaitu:

Pertama : Menghentikan maksiat.
Kedua : Menyesali atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Ketiga : Berniat sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatanmaksiat tersebut.
Keempat : Bila terkait hak manusia, wajib atasnya meminta maaf danmengembalikan hak orang yang dizalimi.
Dan, taubat yang hanya diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala tertuangdalam firman-Nya yang berbunyi:

 “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang -orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengansegera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS an-Nisaa' 4:17).
 

Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi bersabda: "Allah menggembirakan hati orang-orang yang berperang fi sabilillah, yaitu orang yang berperang semata-mata karenaiman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia akan kembali membawa kemenangan dan hartarampasan, atau dimasukkan ke dalam surga."(HR. Bukhari).

TEROPONG SUFI DI AFGHANISTAN : HAKIM SANAI’ GURU PARA PENYAIR SUFI



Guru Para Penyair Sufi 

Ia dikenal sebagai salah satu guru Jalal al-Din Rumi. Annemarie Schimmel memujinya setinggi langit sebagai "guru para Sufi Persia". Hanya sayang, catatan biografinya dan karyanya masih sedikit yang dipublikasikan. Masih banyak tulisan mengenainya dalam bentuk manuskrip yang tersimpan di berbagai institusi dan museum. Seorang ahli yang bernama Zakariyya Al Qazwini menggambarkan Sanai sebagai seorang bijak dan mistikus yang hidup di ”tempat-tempat berantakan”, dalam kemiskinan yang menekan diri dan mengembara dengan kaki telanjang. Banyak lika-liku hidupnya yang menarik. Salah satunya  Sanai pernah digolongkan sebagai orang yang keluar dari Islam.

Ia bernama lengkap Hakim Abul-Majd bin Adam Sana'i Majdūd Ghaznavi ( Persia : حکیم ابوالمجد مجدود بن آدم سنایی غزنوی ) adalah seorang sufi penyair Persi yang tinggal di Ghazna, di tempat yang sekarang Afghanistan antara abad 11 dan abad ke-12. Beberapa orang mengeja nama sebagai Sanayee. Dia meninggal sekitar 1131. Dia cukup memiliki kedekatan dengan seorang sultan dari Dinasti Ghaznawi, yakni Sultan Bahram-Syah yang memerintah 1118-1152.  Dikatakan bahwa setelah saat mendampingi Sultan Bahram shah pada ekspedisi militer ke India, Sanai bertemu dengan guru Sufi di Lai-khur. Sang Sufi tersebut menyatakan bahwa Sultan adalah seorang yang rakus karena menyerang India. Bagi Sana'i sendiri, sang Sufi menyatakan bahwa Sana'i hanyalah "Menyair hanya untuk menyenangkan para penguasa dan demi mengharapkan imbalan." Lai Khur kemudian mengatakan bahwa penyair yang memuji sultan adalah sikap yang bodoh. Kata-kata ini seperti gempa bumi bagi Hakim Sanai. Mendengar hal tersebut Sanai "kaget" dan tak lama kemudia ia berhenti mengabdi pada Bahramshah sebagai penyair istana meskipun ia dijanjikan kekayaan dan putri raja dalam pernikahan jika dia tetap bekerja untuknya. Ia mulai belajar sufisme dengan seorang guru sufi bernama Yusuf Hamdani.


Sana’i menulis karya yang cukup banyak, dalam bait bait mistis, yakni Walled Garden of Truth atau The Hadiqat al-Haqiqah (حدیقه الحقیقه و شریعه الطریقه). Karya ini merupakan masterpiece dan epik mistis Sufisme Persia pertama. Karya ini didedikasikan untuk Bahram Shah, dan juga merupakan karya yang dimaksudkan sebagai mengekspresikan ide-ide kepenyairannya pada Allah, filsafat cinta, dan filsafat "hikmah". Selama hampir 900 tahun Walled Garden of the Truth telah secara konsisten dibaca sebagai klasik dan bekerja sebagai sufi buku teks. Menurut Stephenson T. Mayor: "Ketenaran Sanai yang selalu didasarkan pada karya Hadiqa. Karya ini adalah yang terbaik, dan di Timur karya ini paling terhormat dari karya-karyanya. Karenanya, berbagai kebajikan dalam karya ini telah membentuk salah satu dari trio guru Sufi terkenal- Sanai, Attar , Jalaludin Rumi".  Sanai mengajarkan bahwa nafsu, keserakahan dan kegembiraan emosional berdiri di antara umat manusia dan pengetahuan ilahi, yang merupakan satu-satunya realitas sejati (Haqq). Cinta (Ishq) dan hati nurani sosial baginya dasar agama, umat manusia sedang tidur, hidup di dunia sepi. Untuk Sanai agama umum hanya kebiasaan dan ritual.
Syair-syair Sanai telah memliki pengaruh yang besar terhadap sastra Persia-Muslim. Dia dianggap sebagai penyair pertama yang menggunakan qasidah (ode), ghazal (lirik), dan Masnawi (kuplet berirama) untuk mengekspresikan ide-ide filosofis, mistis dan etika tasawuf. Rumi mengakui bahwa Sanai dan Attar merupakan dua inspirasi utama. Ia mengatakan, " Attar adalah jiwa dan Sanai mata dua, saya datang setelah Sanai dan Attar." 

Beberapa Contoh Karya Sastra Sana’i

 Puisi Sanai yang menekankan kemungkinan "kebangkitan";
While mankind remains mere baggage in the world
It will be swept along, as in a boat, asleep.
What can they see in sleep?
What real merit or punishment can there be?
(Sementara manusia tetap bagasi hanya di dunia
ini akan menyapu bersama, seperti dalam kapal, tertidur.
Apa yang dapat mereka lihat dalam tidur?
Apa manfaat nyata atau hukuman tetap ada?)
Dia yang tidak tahu dirinya sendiri, bagaimana dia tahu jiwa orang lain? dan ia yang hanya tahu tangan dan kaki, bagaimana dia tahu Ketuhanan? Para nabi tidak sama untuk memahami hal ini, mengapa engkau mengaku bodoh untuk melakukannya? Ketika Engkau membawa ke depan demonstrasi subjek ini, maka engkau mengetahui esensi murni dari iman, jika tidak apa yang memiliki iman dan Engkau di dalam umum? Engkau hadst baik tidak berbicara, dan berbicara tidak kebodohan. Omong kosong bicara belajar semua, karena agama yang benar adalah bukan tenunan tentang kaki setiap orang.
Berarti Nya bagi kebangkitan ini adalah penyerahan kepada Tuhan, puisinya telah disebut "aroma esensial dari jalan cinta". Ia memukul keluar pada kemunafikan dan kebodohan manusia;
Lainnya lalai,-jangan engkau bijaksana, dan di jalan ini terus lidahmu diam. Kondisi seperti diletakkan pada salah satu adalah bahwa ia harus menerima semua makanan dan minuman dari orang yg menyebabkan sesuatu, bukan dari penyebab. Pergilah, sabarlah menderita, jika engkau wouldst harus dihargai, dan jika tidak, berbahagialah dengan jalan ke neraka. Tidak ada yang pernah mencapai tujuannya tanpa kesulitan yang abadi.
  
Saat ummat manusia tetap merupakan benda semata di dunia
Maka akan dibawa serta, seperti dalam kapal, tertidur.
Apa yang dapat mereka lihat dalam tidur?
Manfaat atau hukuman apa yang ada?

Kemudian salah satu bunyi puisi lainnya:
Jangan membicarakan kepiluanmu-karena Dia yang berbicara.
Jangan mencari-Nya-karena Dia yang mencari.
Dia bahkan merasakan sentuhan kaki semut;
Bila batu di bawah air bergerak 
Dia mengetahuinya.
Jika ada cacing di bebatuan
Dia tahu tubuhnya, lebih kecil dari atom.
Suara doanya, dan maksudnya yang tersembunyi,
Dia tahu melalui pengetahuan Ilahiah-Nya.
Dia memberi cacing makanannya;
Dia telah menunjukkan kepadamu jalan Ajaran.

         Tentang kehampaan As Sanai berkata ,” Setiap orang di dunia pada umumnya tidur. Agama mereka agama dunia yang lazim-adalah kehampaan, sama sekali bukan agama.” Sedangkan tentang kelaparan ”Orang-orang puas dengan diri mereka sendiri disebabkan oleh kelaparan mereka akan sesuatu yang lain. Oleh karena itu mereka lapar. Mereka yang kembali dari perbuatan salah, mereka adalah orang-orang yang shalat; bukan mereka yang semata tampak sujud ketika sedang shalat. Shalat adalah suatu kegiatan.”

Anekdot Kisah si tolol dan onta yang sedang makan rumput

       Bahlul (seorang Tolol) memperhatikan seekor unta yang sedang makan rumput. Katanya kepada binatang itu, “Tampangmu mencong. Kenapa begitu?” Unta menjawab, “Dalam menilai kesan yang timbul, kau mengaitkan kesalahan dengan hal yang mewujudkan bentuk. Hati-hatilah terhadap hal itu! Jangan menganggap wajahku yang buruk sebagai suatu kesalahan. Pergi kau menjauh dariku, ambil jalan lintas. Tampangku mengandung arti tertentu, punya alasan tertentu. Busur memerlukan yang lurus dan yang bengkok, pegangannya dan talinya.” Orang tolol, enyahlah: “Pemahaman keledai sesuai dengan sifat keledai.” 

Khamis, 18 September 2014

KITAB AQIDAH MUSTAQIM (SIRI 2) : HUKUM AKAL



Adalah hukum itu ertinya menetapkan atau menafikan sesuatu perkara.Terbahagi hukum itu kepada tiga bahagian iaitu:-
1)Hukum syarak. Iaitu menetapkan atau menafikan sesuatu dengan berpandukan syarak iaitu Al Quran dan hadis.Contohnya menetapkan wajib solat lima waktu , haram minum arak dan lain – lain.
2)Hukum adat. Iaitu menetapkan atau menafikan sesuatu dengan berpandukan percubaan dan pemerhatian.Contohnya menetapkan api itu membakar , pisau dapat memutuskan , makanan dapat mengenyangkan dan sebagainya.Kesemua yang tersebut adalah berdasarkan pemerhatian dan percubaan.
3)Hukum akal. Iaitu menetapkan atau menafikan sesuatu tanpa berpandukan syarak dan tanpa membuat pemerhatian terlebih dahulu sebaliknya hanya berpandukan akal.Contohnya, menghukumkan wajib bagi sesuatu itu salah satu daripada dua perkara samada ia bergerak atau diam. Mengetahui hukum akal sangat penting di dalam mempelajari ilmu tauhid kerana perbahasan ilmu tauhid banyak berkisar kepada Zat dan Sifat Allah yang mana tidak dapat kita menghukumkan Zat dan Sifat Allah itu melainkan dengan akal.Jika dipersoalkan bukankah Zat dan Sifat Allah telah termaktub di dalam Al Quran dan hadis sehingga tidak lagi berhajat kepada akal bagi menetapkannya?Maka kita jawab, dengan mengatakan hajat manusia kepada akal di dalam menetapkan sifat – sifat Allah adalah sentiasa tetap berlaku walaupun sifat – sifat Allah telah pun dinyatakan di dalam Al Quran dan hadis kerana manusia tidak mampu untuk membenarkan apa yang dinyatakan oleh Al Quran dan hadis itu jika tidak dengan menggunakan akal.Malahan Al Quran itu sebagai mukjizat yang maknawi tidak akan terserlah kemukjizatannya jika tidak dihalusi melalui pengamatan dan penelitian akal.Banyak ayat – ayat Al Quran yang menyeru manusia agar menggunakan akal terutama di dalam mencari kebenaran.Misalnya firman Allah: ﻔﺎﻋﺘﺑﺭﻮﺍﻳﺎﺃﻮﻟﻰﺍﻷﻟﺑﺎﺐ
Ertinya :maka insaflah dan ambilah pelajaran (dari peristiwa itu) Wahai orang-orang Yang berakal fikiran serta celik mata hatinya. Di dalam sepotong hadis
Rasulullah saw bersabda:
ٱلدين هوالعقل لا دين لمن لا عقل له
Ertinya : Agama itu adalah akal , tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.
Para ulama telah berselisih pendapat di dalam menentukan peranan akal di dalam agama.Menurut Mazhab Asy’ariah , semua hukum agama baik yang berupa soal – soal keimanan dan soal – soal syariat dibinakan atas landasan syarak iaitu Al Quran dan hadis tetapi syaratnya adalah akal.Menurut Mazhab Maturidiah yang dianuti oleh kebanyakan pengikut – pengikut Hanafi terdapat perincian yang mana mereka berpegang bahawa di dalam soal – soal ketuhanan akal berperanan sebagai penetap hukum kerana soal – soal ketuhanan adalah soal yang nyata bagi semua manusia yang berakal dan syarak yakni Al Quran dan hadis hanya sanya datang untuk menguatkan apa yang telah ditetapkan oleh akal.Adapun di dalam perkara lain seperti soal – soal syariat (hukum – hakam) dan sam’iyat (perkara – perkara ghaib) maka tidak dapat tiada ianya dibinakan atas landasan Al Quran dan hadis semata – mata. Dengan itu dapat dibuat kesimpulan bahawa samada akal sebagai syarat atau sebagai penetap hukum kedua - dua mazhab tersebut ijmak bahawa akal adalah memainkan peranan yang penting di dalam soal – soal ketuhanan seperti yang dibahaskan di dalam ilmu tauhid.

KITAB AQIDAH MUSTAQIM (SIRI 1) : MABADI ILMU TAUHID

Perkataan mabadi adalah diambil daripada Bahasa Arab iaitu kata jamak daripada kalimah mabda yang bererti ‘pendahuluan.’Oleh itu mabadi ilmu tauhid bererti pendahuluan ilmu tauhid.Mustahaklah sebelum seseorang itu masuk mempelajari ilmu tauhid agar mengetahui mabadi atau pendahuluannya yang terhimpun di dalam sepuluh perkara iaitu:-
1)Takrif ilmu tauhid Iaitu ilmu yang membahaskan ketetapan akidah(kepercayaan) melalui dalil-dalil (bukti-bukti) yang yakin.
2)Tempat hantaran (sasaran perbincangan) Kepada empat tempat iaitu:-
i)Zat dan sifat Allah.
ii)Zat dan sifat rasul
iii)Alam dan sifatnya
iv)Perkara-perkara sami’iyat (perkara-perkara ghaib yang didengar daripada perkhabaran Al Quran dan hadis)
3)Faedah mempelajari ilmu tauhid Faedahnya ialah dapat mengenal sifat-sifat Allah dan rasulNya dan seterusnya mencapai kebahagiaan di dunia di akhirat.
4)Kelebihan ilmu tauhid Ilmu yang paling mulia di antara sekelian ilmu kerana mulia tempat perbahasannya iaitu Zat Allah dan rasulNya.
5)Nisbah ilmu tauhid dengan ilmu-ilmu yang lain Ilmu tauhid adalah seumpama pohon dan ilmu-ilmu yang lain itu seumpama cabang-cabangnya.
6)Ulama yang menyusun ilmu tauhid Ilmu tauhid fahaman ahli sunnah disusun berdasarkan dua mazhab yang utama iaitu Mazhab Asy’ariah dan Mazhab Maturidiah.Mazhab Asy’ariah disusun oleh Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Mazhab Maturidiah disusun oleh Imam Abu Mansur Al Maturidi.
7)Nama ilmu tauhid Selain daripada namanya ilmu tauhid,ia juga di gelar dengan beberapa nama lagi seperti ilmu usuluddin,ilmu kalam,ilmu sifat,ilmu aqaidul iman dan lain-lain.
8)Punca ambilan Ilmu tauhid diambil dan dikeluarkan daripada Al Quran dan hadis serta dalil akal.
9)Hukum mempelajari ilmu tauhid Wajib fardu ain atas tiap-tiap mukallaf samada lelaki atau perempuan.
10)Masalah yang dibahaskan Iaitu tentang perkara yang wajib pada akal , mustahil pada akal dan harus pada akal.

Selasa, 16 September 2014

TAREKAT TERSOHOR DASUQIYAH



Tarekat Dusuqiyah-Burhamiyah-Burhaniyah

Tarekat ini adalah Tarekat yang dinasabkan kepada pendirinyanya, yaitu Al-Arif Billah Quthbul Aqhtab Saidina Wa Maulana As-Sayyid Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.
مقام سيدى إبراهيم الدسوقى رضى الله عنه
Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki dilahirkan pada malam 30 Sya’ban tahun 653 H disebuah desa yang bernama Dusuq di dalam Propinsi Kafr Syeikh, Mesir  sekarang.
Beliau wafat pada tahun 696 H pada umur 43 tahun. Diriwayatkan bahwa maqam beliau itulah tempat beliau dilahirkan.
Ayanda  Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki ialah Al-Arif billah Sidi Abdul Aziz yang digelar sebagai Abul Majdi pada zamannya. Sidi Abdul Aziz. Beliau juga merupakan diantara sahabat akrab seorang Wali Allah yang amat masyhur pada waktu itu yaitu Sidi Muhammad Bin Harun As-Sanhuri.
Karamah Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.  banyak sekali. Untuk mengetahui dengan lebih mendalam, Silakan merujuk kitab-kitab berikut:
1.      At-Thabaqaat Al-Kubra oleh Sidi Abdul Wahhab As-Sya’rani
2.      Al-Jauharah Al-Mudhia’h oleh Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.
3.      Syaikhul Islam ad Dasuqi, Qutbul Syari’ah wal Hakikah  oleh Rajab at Tayyib al Ja’fari
4.      Al-Arifbillah Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.aoleh Saad Al-qadhi
Dan  banyak lagi kitab-kitab yang membicarakan tentang Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.  dan Tarekat-Nya.

Nasab Sidi Ibrahim Dusuqi
Beliau ialah Sultonul Aulia (Sultan segala aulia’) dan Quthbul Aqhtab (Ketua segala Qutb) :
Sayyidina Wa Maulana As-Sayyid Ibrahim Bin Sidi Abdul Aziz Abul Majdi Bin As-Sayyid Ali Quraisy Bin As-Sayyid Muhammad Abu Ar-Ridha Bin As-Sayyid Muhammad Abun-Naja As-Sayyid Ali Zainula’bidin Bin As-Sayyid Abdul Khaliq Bin As-Sayyid Muhammad Abu At-Thayyib Bin As-Sayyid Abdullah (Al-Katim / Al-Khazim / Al-Mulatsam) Bin As-Sayyid Abdul Khaliq Bin As-Sayyid Musa Abulqasim Bin As-Sayyid Ja’far Az-Zaki Bin Al-Imam Ali Al-Hadi Bin Al-Imam Muhammad Al-Jawad Bin Al-Imam Ali Ar-Ridha Bin Al-Imam Musa Al-Kazhim Bin Al-Imam Ja’far As-Shadiq Bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir Bin Al-Imam Ali Zainul A’bidin Bin
[Saidina Wa Maulana Al-Imam Hussain Bin Saidina Wa Maulana Al-Imam Ali]
[Saidina Wa Maulana Al-Imam Hussain Bin Saidatina Fatimah Az-Zahra’ Binti Rasulullah S.A.W]
Daripada pihak Ibunda Beliau adalah seorang Wali yang shalihah yang ‘abidah yaitu  Al-Arifbillah Saidatina Fathimah As-Syadzili yyah Bin Al-wali Al-Kabir Al-Arifbillah Syeikh Abdul Fath Al-Wasithi Bin Abil Ghanaim.
Syeikh Abul Fath merupakan salah seorang Khalifah agung bagi Al-Qutb As-Sayyid Ahmad Ar-Rifai’ r.a (Pendiri Tarekat Rifaiyyah).
Ada Riwayat mengatakan bahwa Ibu Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.; Sayidatina Fathimah tersebut merupakan saudara kandung Al-Qutb Sidi Abul Hasan As-Syadzili Ra. Jika benar riwayat ini, maka Sidi Ibrahim merupakan Keponakan Al-Qutb Sidi Abul Hasan As-Syadzili tersebut.
Walau bagaimanapun pendapat inilah yang kuat karena terdapat bukti-bukti yang kuat didalam kitab-kitab manaqib yang mu’tabar.
Dari segi pengambilan ijazah suluk, Sidi Ibrahim pernah menyebutkan didalam kitab beliau Al-Haqaiq (Hakikat-Hakikat) :
“Aku telah mengambil tarekat daripada Rasulullah S.A.W sendiri dan perjanjian baiah ku ambil daripada Al-Qutb Sidi Abil Hasan As-Syadzili  r.a”
Alun-Alun Masjid Sidi Syekh Ibrahim ad-Dasuqi di Dasuq Propinsi Kafr Syekh Mesir

Dusuqiyah-Dasuqiyah-Burhamiyah-Burhaniyah
Perkataan “Burhamiyah/ البُرهامية” diambil dari nama pendiri tarekat ini, yaitu Sidi Ibrahim Ra, “Burhaniyah/ البُرهانية”  diambil dari gelar Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a., yaitu  Burhanudin sedanhkan kata “Dusuqiyah/ الدسوقية” atau “Dasuqiyah” yang dinasabkan pada nama tempat kelahiran Beliau “Dusuq/ دسوق
Dan Berdasarkan UU Nomor 118/76 yang mengatur tentang Majelis Tertinggi Tarekat Sufi Mesir “المجلس الأعلى للطرق الصوفية” menyatakan bahwa Thuruq al-Burhamiyah al-Dasuqiyah merupakan tarekat-tarekat yang legal (mu’tabarah) di Republik Arab Mesir.
Untuk Indonesia, NU sebagai ormas terbesar Indonesia telah mengakui Tarekat Dusuqiyah (nama lain dari Tarekat Burhamiah) sebagai Tarekat Mu’tabarah yang bernaung dalam organisasi otonomnya yaitu JATMAN (Jam’iyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabarah an-Nahdliyah) yang sekarang Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan Rois ‘Ammnya.

Cabang-cabang Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a  
Pada masa sekarang ini terdapat beberapa cabang Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a diantaranya yang di Mesir yang bernaung dibawah Majelis Tertinggi Tarekat Sufi:
1.      Tarekat Dasuqiyah Muhammadiyah
3.      Tarekat Mujahidiyah Burhamiyah
5.      Tarekat Syarnubiyah Burhamiyah
Untuk Indonesia dan Malaysia, Tarekat Dusuqiyah Muhammadiyah merupakan cabang utama dari Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a telah menyebar luas melalui alumni-alumni al-Azhar yang pulang ke daerah masing-masing.
*M. Lailatul Qodri, Ringkasan dari pelbagai sumber.

 

NASIHAT-NASIHAT TERKENAL SAYYID IBRAHIM AD DASUQIY


Thoriqoh Dasuqiyah yang juga terkenal dengan Thoriqoh Barhimiyah, mu’assisnya adalah Wali Agung Sayyid Ibrahim Ad-Dasuqiy radliallahu anhu (623-676 H).

Diantara nasehat-nasehatnya yang terkenal antara lain:

“Diantara yang wajib bagi murid adalah penela’ahan terhadap sesuatu yang didalamnya terdapat manaqib para shalihin dan peninggalan-peninggalan mereka berupa ilmu dan amal.”

“Barang siapa yang tidak bersifat iffah (menjaga kehormatan diri), bersih dan mulia, maka dia bukanlah anakku walau dari tulang rusukku.”

Barang siapa yang menetapi thoriqoh, agama, zuhud, wira’i dan sedikit tama’, maka dialah anakku sekalipun dari negeri yang jauh.”

“Demi Allah Swt, tidaklah seorang murid itu benar-benar mahabbahnya kepada thoriqoh kecuali akan tumbuh hikmah di dalam hatinya.”

Itulah antara lain wasiat Beliau kepada para muridnya, yang merupakan fondasi thoriqohnya, disamping sejumlah dzikir, wirid, dan do’a untuk taqarub kepada ‘Allamul-Ghuyub (Allah).
Thoriqoh Dasuqiyah ini tumbuh dan berkembang di Mesir dan menyebar luas di Sudan.

 


Beberapa kitabnya orang-orang salih yang berbicara tentang karamah dan riwayat hidupnya beliau, di antaranya adalah:

1) Farhatul Ahbab Fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab, oleh al-Khalidi Asshayyadi.
2) Syaikhul Islam Addasuqi Quthbussyari’ah wal-Haqiqah, oleh Rajab Atthayyib al-Ja’fari.
3) Alamul Aqthab al-Haqiqi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Abdurrazzaq al-King.
4) Lisanutta’rif bihalil-Wali As-Syarif Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, oleh Syekh Ahmad bin Jalaluddin al-Karki ra.
5) Al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah, oleh Syekh Mahmud al-Garbawi.
6) Abul-Ainain Ad-Dusuqi, oleh Abdul-Al Kuhail.
7) Qiladatul Jawahir fi Zikril Gautsi wa Atba’ihil Akabir, oleh Syekh Abul Huda al-Khalidi As-Shayyadi.
8) Jami’ karamat al-Awliya’, oleh Syekh Yusuf An-nabhani.
9) Al-Arif Billahi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Sa’ad al-Qadhi.
10) Biharul-Wilayah al-Muhammadiyyah Fi Manaqib A’lam Asshufiyyah, oleh Dr. Jaudah M. Abul Yazid.
11) Nailul Khairat al-Malmusah Biziyarati Ahlilbaiti Wasshalihin bi Mishr al-Mahrusah, oleh DR Sa’id abul As’ad.
12) Atthabaqat al-Kubra, oleh Syekh Abdul-Wahhab As-Sya’rani.
13) dan lain-lain

Syekh Ibrahim Addasuqi RA bermazhab Syafi’I dan terkenal dengan beberapa julukan seperti Abul Ainain, abul Aunain dan Burhanul Millati Waddin. Beliau wafat pada tahun 606H/1296M yang ketika itu beliau berumur 63 tahun dan dimakamkan di kota Dusuq-Mesir.

Beliau pernah berkata:
ولا تنتهي الدنيا ولا أيامها # حتى تعم المشرقين طريقتي

Yang artinya : “Dunia ini tidak akan berahir, sebelum tarekat-ku tersebar di seluruh penjuru dunia”

Di antara nasehat-nasehatnya yang terkenal antara lain;


"Di antara yang wajib bagi murid adalah penela'ahannya terhadap sesuatu yang di dalamnya terdapat manaqib para shalihin dan peninggalan­-peninggalan mereka berupa ilmu dan amal."

"Barang siapa yang tidak bersifat iffah (menjaga kehormatan diri), bersih dan mulia, maka dia bukanlah anakku walau dia dari tulang rusukku."

"Barang siapa yang menetapi thariqah, agama, zuhud, wira'i dan sedikit tama', maka dialah anakku sekalipun dari negeri yang jauh."

"Demi Allah, tidaklah seorang murid itu benar-benar mahabbahnya kepada thariqah kecuali akan tumbuh hikmah di dalam hatinya."

Itulah antara lain wasiat-wasiat beliau kepada para muridnya, yang merupakan fondasi thariqahnya, disamping sejumlah dzikir, wirid dan do'a untuk taqarrub kepada Allamul-Ghuyub (Allah).

Thariqah Dasuqiyah ini tumbuh dan berkembang di Mesir dan menyebar luas di Sudan.