Catatan Popular

Selasa, 21 Oktober 2014

KITAB AL MINAH AL SANIYAH (MENJADI KEKASIH ALLAH) FASAL 17 : ATURAN BERDZIKIR



Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani (Tokoh Sufi Mesir)


Orang yang melakukan dzikir harus mematuhi aturan-aturan yang ditentukan. Pertama, tidak boleh syirik dalam dzikir. Para ulama menyatakan, seseorang yang melakukan dzikir dengan masih mengandung unsur-unsur syirik, misalnya masih ada niat-niat lain selain untuk Allah, maka itu akan memutuskan hubungannya kepada Allah dan menghalangi terbukanya hijab hati; sesuai dengan besar kecilnya syirik yang dikandungnya.

Karena itu, setiap guru thoriqot harus memerintahkan para muridnya untuk bersungguh-sungguh dan benar dalam melakukan dzikir. Berdzikir dengan lisan (bukan hanya --dalam-- hati). Setelah mantap, kemudian melakukan dzikir dengan lisan dan hati secara bersama-sama.

Hal ini harus terus menerus dilakukan sampai seseorang mencapai tingkatan tertentu, dan seluruh anggota badannya dapat merasakan ikut berdzikir. Kedua, mengosongkan perut.  Artinya, orang yang melakukan dzikir, sedikit demi sedikit harus mengurangi makannya. Juga mengurangi perkataan-perkataan yang tidak perlu, mengurangi tidur dan menghindarkan diri dari pergaulan masyarakat yang tidak benar.

Ini penting, dan seseorang yang mematangkan tauhidnya memang harus berbuat demikian. Sebab, tanpa kelakuan itu semua, nur tauhidnya akan redup, kemudian mati. Dan kenyataannya, para guru thoriqot banyak yang tidak mampu membimbing murid-muridnya, ketika  mereka merusak (tidak melakukan sesuai) aturan-aturan tersebut. Ketiga, melakukan dzikir dengan suara keras. Ini untuk orang-orang pemula. Dengan suara keras, maka dorongan-dorongan hati, lamunan-lamunan dan lain-lain akan mudah dihilangkan.

Sebaliknya, bila mereka melakukan dzikir secara pelan, dzikirnya akan mudah hilang, mudah terlena dan tidak boleh khusyuk. Keempat, harus didasarkan pada niat atau kehendak yang kuat.Maksudnya, orang yang melakukan dzikir harus mempunyai niat, kehendak dan harapan yang kuat untuk berhasil dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Para ulama menyatakan, "Seorang murid harus melakukan dzikir dengan didasari hati dan kehendak yang kuat, sehingga tidak ada tempat sedikit pun dalam hati dan bahagian tubuhnya, kecuali semua ikut bergetar; berdzikir kepada Allah". Para ulama menyamakan kuatnya dzikir ini dengan batu. Yaitu, bagaimanapun kuat dan kerasnya batu, ia akan dapat erpecahkan dengan kekuatan. Begitu pula dengan keras dan rusaknya hati; akan lunak dan tertundukkan oleh dzikir, asal dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kemauan yang kuat. Kelima, dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Hal ini dikarenakan,dzikir yang dilakukan secara berjamaah lebih kuat pengaruhnya, dan lebih cepat membuka hijab.

Al-Ghozali, pengarang kitab Ihya Ulumiddin, juga menyatakan hal itu. Iamenyamakan dzikir yang dilakukan secara berjamaah dengan adzan yang disampaikan secara bersama-sama. Yaitu, bahwa adzan yang dilakukan secara bebarengan (jamaah) adalah lebih kuat, lebih keras dan lebih jauh jangkauannya. Adapun soal tempat melakukan dzikir, para ulama menyatakan, bahwa yang terbaik adalah di masjid, di mushalla, atau ditempat-tempat lain yang biasa digunakan untuk dzikir

Mana yang lebih baik, dzikir dengan lafat "Lailaha illallah"saja, atau dengan lafat "Lailaha illallah Muhammad Rasulullah?". Yang lebih baik, bagi pemula, adalah cukup lafat "Lailaha Ilallah"; tanpa ada kata tambahan. Bila sudah mapan dan bagus, terserah.Keenam, dilakukan dengan penuh kesopanan dan takdzim. Yaitu, bahwa seseorang yang akan melakukan dzikir harus menghadirkan Keagungan Ilahy terlebih dahulu dalam hatinya.

Mengonsentrasikan diri dan hatinya untuk menghadap Hadlirat Ilahy

Abu Bakar Al-Kannani menyatakan, di antara salah satu syarat dzikira dalah bahwa orang yang melaksanakannya harus menghadirkan keagungan Ilahy dalam hatinya. Menyiapkan dan memantapkan hati dalam menghadap Hadlirat Ilahy. Tanpa itu, ia tidak akan dapat mencapai kedudukan-kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan. Salah satu adab dan kesopanan dalam berdzikir adalah bahwa seseorang yang melakukan dzikir harus terlebih dahulu; (1) Bertaubat, membaca istighfar. Minta ampun atas segala dosa dan kekurangan yang pernah dilakukan. (2)Memperbanyak syukur dengan membaca al-Hamdulillah. Mengagungkan Tuhan. (3) Tidak langsung minum begitu selesai dzikir. (4) Tidak menyibukkan diri dalam urusan-urusan keduniaan, kecuali pada hal-hal yang boleh membantumemperlancar perjalanannya menuju Tuhan.

KITAB AL MINAH AL SANIYAH (MENJADI KEKASIH ALLAH) FASAL 16 : TIDAK MELUPAKAN DZIKIR


Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani (Tokoh Sufi Mesir)


Seseorang yang meniti jalan menuju Allah tidak boleh melupakan dzikir (ingat kepada Allah). Ini sangat penting. Para ulama menyatakan, “Siapa yang lupa Allah berarti telah menjadi kufur”. “Siapa yang mudah melupakan Allah dan hal itu tidak menyebabkannya merasa sakit, maka ia berarti pendusta kalau mengaku benar-benar meniti jalan Tuhan. Ia sama sekali tidak menyusuri jalan thariqat”.Dzikir menyebabkan seseorang selalu terjaga dan dilindungi Tuhan.

Para ulama menyatakan, orang-orang arif senantiasa berdzikir kepada Tuhan. Bila melupakan-Nya, walau hanya satu dua nafas,  Allah menyerahkan  nasib mereka kepada syetan sehingga syetan menjadi temannya. Adapun orang-orang yang belum mencapai tingkatan tersebut,  Allah tidak sampai berbuat demikian. Semua menurut tingkatan dan derajat masing-masing.
                     
Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman,"Aku menurut hati hamba-Ku. Aku senantiasa bersamanya, selama iaberdzikir (ingat) kepada-Ku. Bila ia menyebut-Ku dalam hatinya, Aku mengingatnya dalam Dzat-Ku. Bila ia menyebut-Ku dalam masyarakatnya, Akumenyebut namanya dalam masyarakat yang lebih baik daripada masyarakatnya".

Rasul sendiri memerintahkan para shahabat untuk memperbanyak dzikir. Bahkan, dalam sebuah riwayat Ibn Hibban dikatakan, "Perbanyak dzikir sampai-sampai manusia menganggapmu gila".

Dzikir adalah sebuah bentuk ibadah yang sangat agung derajat dan pahalanya.

Dalam riwayat Muslim, Nasai dan Al-Bazzar dikatakan,"'Maukah aku beritahu tentang suatu amal yang paling baik, paling sucidisisi Tuhan, yang mampu meningkatkan derajat, lebih baik dari memberi sedekah emas dan perak, bahkan lebih baik daripada bertempur dengan musuh'? 'Baiklah ya Rasul', jawab shahabat. 'Dzikir kepada Allah'".
"Tidak pernah ahli surga itu menyesal, kecuali tentang suatu waktu dimana saat itu mereka lewatkan begitu saja dengan tanpa berdzikir kepada Allah".


Dzikir juga merupakan pembeza antara iman dan kufur, hakekat hidup dan kematian.

Dalam riwayat At-Tobroni, Rasul menyatakan, "Siapa yang tidak ingat Allah (tidak berdzikir) berarti terlepas imannya". "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhan dengan orang yang tidak, adalah seperti orang hidup dengan orang mati".

Bahkan, dalam sebuah hadits qudsi Allah menyatakan,
"Hai anak Adam. Bila kau mengingat Aku berarti bersyukur kepada-Ku. Melupakan-Ku, berarti mengkufuri Aku".

Yang dimaksud 'lupa' disini adalah sengaja tidak memperdulikan Tuhan dan berbuat syirik.  Atau, membiarkan dirinya hanyut dalam perbuatan-perbuatan yang tidak diridloi Tuhan. Ini adalah sesuatu yang sangat dicela dalam agama.

Diriwayatkan dari Imam Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda, "Bila kalian melewati taman surga, maka merumputlah (di taman itu )". Para sahabat bertanya,"Apa taman surga tersebut?". "Kalangan tempat berdzikir", jawab Rasul. Pada kesempatan lain, Rasul juga bersabda,

"Siapa yang mengerjakan sholat Subuh secara jamaah, lalu berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian melakukan sholat dua rakaat, maka ia diberi pahala seperti pahala orang yang melakukan haji dan umrah secara sempurna".

Dzikir kepada Allah mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat besar.Rasul menyamakan kedudukan orang-orang yang senantiasa berdzikir ini sebagaimana orang-orang yang tabah (menghadapi musuh) ketika pasukan lainnya melarikan diri.  Sebaliknya, terhadap mereka yang tidak mau berdzikir, atau majlis-majlis yang di dalamnya tidak dilakukan dzikir, Rasul menyatakan bahwa mereka berbau  seperti bangkai khimar.

Mereka akan merugi.Rasulullah menyatakan, dalam hati manusia terdapat dua buah bilik; satudi tempati malaikat, yang lain ditempati syetan.

Ketika seseorang berdzikir kepada Allah, syetan berlari keluar. Sebaliknya, ketika manusia lupa kepada Allah, syetan menguasai hati manusia dan menggangunya. Sesungguhnya, hadits-hadits yang menyebut tentang berdzikir ini amat banyak.

Menurut Imam Izzuddin ibn Abdus Salam, hadits-hadits tersebudapat disamakan dengan kata "perintah".  Sebab, perbuatan-perbuatan yang dipuji, atau setiap perbuatan yang dijanji akan diberi kebaikan dunia akherat, maka itu berarti diperintahkan.  Namun, disadari, bahwa kata perintah tidak mesti menunjukkan makna wajib. Dapat digolongkan wajib, bila ada dalil-dalil yang mendukung atau menujukkan kewajibannya secara jelas.

Karena itu, seseorang harus terus berusaha berdzikir untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, walau dalam keadaan pincang atau sakit. Jangan menunggu sampai sehat. Sebab, menanti sampai sehat berarti pengangguran. Sejalan dengan itu, Athoillah, pengarang kitab "Al-Hikam" menyatakan, seseorang hendaknya terus berdzikir. Jangan sampai tidak mau dzikir dengan alasan belum dapat khusyuk.

 Sebab, meninggalkan dzikir adalah lebih parahdaripada dzikir yang tidak khusyuk. Dari model dzikir yang tidak khusyuk tersebut,Insya Allah akan bisa naik menjadi dzikir yang disertai dengan kesadaran hati.Dari situ, kemudian naik lagi menjadi dzikir yang benar-benar khusyuk kepadaAllah. Tahapan-tahapan ini tidak sulit bagi Allah.

Abu Ali Ad-Daqqoq menyatakan, dzikir adalah sarana utama untuk mencapai Allah. Seseorang tidak akan sampai kepada-Nya kecuali dengan mengistiqomahkan dzikir.Mana yang utama; dzikir dengan pelan atau dzikir dengan suara keras?

Menurut Abu Al-Mawahib As-Syadili, dzikir dengan suara keras adalah lebih baik bagi para pemula, yang mana dorongan-dorongan nafsunya masih sangat kuat. Sedang dzikir dengan pelan adalah lebih utama bagi orang-orang khusus yang hatinya telah terpadu untuk menuju kepada Allah

Adapun bacaan dzikir, untuk para pemula adalah kalimat "Lailaha illaah". Sedang bagi mereka yang telah mencapai tingkatan makrifat adalah kalimat Jalalah; "Allah".

Sebab, orang-orang yang telah mencapai tingkat makrifat, pada dasarnya tidak ada lagi yang mereka butuhkan kecuali --kalimat-- Allah. Selanjutnya, tentang manfaat atau faidah dzikir amat banyak.  Antara lain, pertama, bahwa dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya, siapa yang senantiasa berdzikir kepada Allah, maka ia akan boleh mencapai derajat kekasih Tuhan dan itu menjadi salah satu ciri utamanya.

Sebaliknya, siapa yang lupa atau berhenti dari berdzikir, berarti ia lepas dari derajat kewalian. Kedua, dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dzikir merupakan jalan yang paling cepat untuk membuka rahasia-rahasia ibadah yang lain.

Sayyid Ali Al-Mursifi menyatakan, banyak guru thariqat yang merasa tidak mampu merawat --hati-- muridnya sampai bersih. Mereka tidak menemukan obat yang lebih baik untuk itu, kecuali dengan cara terus-menerus melakukan dzikir. Maka, dalam soal pembersihan hati ini, dzikir d dipat umpamakan sebagai alat gosok khusus yang dapat secara cepat membersihkan kerak tembaga. Sedang ibadah-ibadah lain bagai alat gosok biasa yang lama sekali bila digunakan untuk membersihkan kotoran tembaga.

Orang yang melakukan suluk (menempuh jalan menuju Allah) melalui cara dzikir boleh  juga diumpamakan burung yang terbang cepat ke Hadlirat Ilahy. Sedang orang yang suluk melalui ibadah lain, adalah bagai orang lumpuh yang sebentar merambat dan sebenatar berhenti. Perjalanan terlalu jauh dan ia hanya menghabiskan umurnya, sementara tujuan belum berhasil.

Tentang waktu melakukan dzikir, para ulama sepakat bahwa malam hari adalah waktu yang paling baik.  Malam hari lebih dekat terbukanya hijab dibanding siang hari. Karena itu, seseorang yang tidak melakukan dzikir pada malam hari, maka akan sulit --bahkan mustahil-- baginya untuk bisa mencapai Tuhan. Ketiga, bahwa dzikir merupakan syarat atau perantara untuk dapat masuk dalam hadlirat Ilahy. Allah adalah Dzat Yang Maha Suci. Dia tidak akan dapat didekati kecuali oleh orang-orang yang suci. Seseorang yang senantiasa melakukan dzikir, hatinya akan menjadi bening dan bersih, sehingga ia akan bisa mencapaiTuhan dengan baik dan cepat. Keempat, dzikir akan membuka hijab dan menciptakan keihlasan hati yang sempurna.

Kasyaf (terbuka hijab) ada dua macam; hissi dan khayali. Kasyaf hissia adalah terbukanya pandangan karena penglihatan mata, sedang kasyaf  khayali terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi di luar alam inderawi; mahluk halus atau yang lain-lain.

Akan tetapi, siapa yang mempunyai kasyaf sehingga mampu melihat  gerak-gerik orang lain di rumah mereka, maka itu berarti kasyaf syatoni. Ia harus bertaubat dari kasyaf sesat tersebut. Adapaun tentang keihlasan yang sempurna, para ulama menjelaskan sebagai berikut. Pertama kali yang timbul dalam hati manusia --kalau ia menyibukkan diri untuk berdzikir-- adalah suatu keyakinan bahwa tidak ada yang
dilakukan kecuali untuk Allah; tidak ada yang menguasai kecuali Allah; dan tidakada yang benar-benar wujud dalam alam ini kecuali Allah. Apabila dalam hati seseorang telah tumbuh keyakinan tersebut, maka tidak akan ada lagi anggapan bahwa apa yang dilakukan adalah perbuatannya sendiri.

Sebalik, muncul kesadaran bahwa dirinya sebenarnya hanyalah "tempat"atau "alat" dari pelaksanaan --perbuatan-- Tuhan dan tempat pelaksanaan taqdir-Nya. Sedemikian,  sehingga tidak akan ada lagi tuntutan pahala dari ibadah yang dilakukan, tidak ada lagi kesombongan, tidak ada lagi sifat ujub dan tidak ada lagiriya. Akhirnya, ia menjadi orang-orang yang benar-benar menghambakan diri (ikhlas) kepada Allah.Kelima, menurunkan rahmat.

Rasulllah bersabda,
"Orang-orang yang duduk untuk berdzikir, maka malaikat mengitari mereka, Allah melimpahkan rahmat-Nya dan Allah juga menyebut (membanggakan) mereka kepada orang-orang (malaikat) di sekitarnya".

Keenam, menghilangkan kesusahan hati. Kesusahan dan kesedihan, sesungguhnya, adalah akibat lupa kepada Allah. Seseorang hendaknya tidak mencaci dan menyalahkan orang lain ketika bertubi-tubi mendapat celaka,t ertimpa musibah dan kesusahan.  Semua itu merupakan balasan atas perbuatannya yang memalingkan diri dari Allah. Siapa yang menghendaki kebahagian dan ketenangan, hendaknya memperbanyak dzikir. Ketujuh, melunakkan hati.

Al-Hakim Abu Muhammad At-Tirmidziberkata, "Dzikir kepada Allah bisa membasahi hati dan melunakanya. Sebaliknya,bila hati kosong dari dzikir, ia akan menjadi panas oleh dorongan nafsu dan api syahwat.  Sehingga, hatinya menjadi kering dan keras. Anggota badannya menjadisulit (menolak) untuk diajak taat kepada Allah".

Selain itu, dzikir juga dapat meredakan berbagai macam penyakit hati, seperti sombong, riya, ujub, hasud, dendam,  suka menipu, dan lain-lain. Kedelapan, memutuskan ajakan setan. Ada perbedaan antara kehendak nafsu dengan kehendak setan. Kehendak setan biasanya mengajak kepada kemaksiatan dan kedurhakaan, sedangkan kehendak nafsu biasanya mengajak untuk menurutkan sahwat.

Para ulama juga membedakan antara kehendak nafsu dengan kehendak setan ini. Nafsu, biasanya selalu merajuk, bila mengajak kepada sesuatu. Ia tidak akan berhenti, walau sudah lama, sampai tujuannya tercapai; kecuali pada orang-orang yang benar-benar memerangai nafsunya.

Sedang kehendak setan, ia akan mengalihkan pada kemaksiatan yang lain, bila ajakan yang pertama tidak berhasil. Setan akan terus mengajak kepada kemaksiatan demi kemaksiatan. Baginya,semua kemaksiatan adalah sama. Yang penting, bagaimana seseorang boleh terjerumus di dalamnya.Kesembilan, dzikir dapat menolak bencana.

 Dzunnun al-Misri berkata,
"Siapa yang berdzikir, Allah senantiasanya menjaganya dari segala sesuatu".

Para ulama menyatakan, dzikir merupakan pedang bagi para pemula.Dengan dzikir ia memerangi musuh-musuhnya; jin dan manusia. Dengan dzikir pula, ia menolak segala macam bencana.

Sesungguhnya, bencana, bila bertemu dengan orang-orang yang berdzikir, ia akan menyimpang. Dzikir yang telah kokoh dalam hati, membuat setan menjadi pingsan bila mendakat;  sebagaimana seseorang yang juga pingsan bila melihat setan. Teman-temannya mendekat dan bertanya, "Apa yang terjadi?". "Ia mendekati orang yang berdzikir". Demikian dintara faidah-faidah dzikir. Karena itu, hendaknya seseorang senantiasa membiasakan dzikir kepada  Allah.

Dengan dzikir, setan tidak akan dapat mengendalikan manusia.

Afdloluddin pernah menyatakan, setan selalu berdiri di depan –bahkan dalam-- hati manusia. Ia akan cepat-cepat naik dan mengendalikan manusia bilamana ia melupakan Tuhan.

Sebaliknya, setan pun segera turun dan keluar, bila seseorang mengingat (berdzikir kepada) Tuhan. Dan seadainya manusia dibukakan tabir rahsia ini, akan tampak jelas bagaimana setan menunggangi dan mengendalikan orang-orang di antara kita, sebagaimana kita menunggangi dan mengendalikan seekor kuda. Manfaat dzikir sangat banyak, tidak terhitung. Salah satunya adalah bahwa ia tidak dibatasi waktunya. Setiap saat kita diperintahkan untuk berdzikir, walau belum  khusyuk. Jika dzikir telah merasap dalam sanubari, maka akan menyatulah kecintaan kepada Allah dengan ruhnya, sehingga pernah terjadi seseorang yang berdzikir kemudian tertimpa batu, darah yang menetes membentukkalimat "Allah-Allah".

KITAB AL MINAH AL SANIYAH (MENJADI KEKASIH ALLAH) FASAL 15 : MEMPUNYAI RASA MALU DAN TATA KRAMA



Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani (Tokoh Sufi Mesir)

Seseorang yang ingin mencapai Tuhan harus mempunyai rasa malu; malu melakukan segala perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Para ulama menyatakan, ibadah mempunyai 71 jurusan (pintu).
Tujupuluh (70) di antara terkandung dalam rasa malu, hanya 1 (satu) ada dalam semua bentuk kebajikan. Rasul sendiri selalu memerintahkan para shahabat agar mempunyai rasa malu terhadap Tuhan.

Bagaimana malu terhadap Tuhan?
"Orang yang malu kepada Allah adalah orang yang menjaga kepala dan apa yang ada didalamnya (fikiran-fikiran dan khayalan yang tidak benar),  menjaga perut dan apa yang ada di dalamnya (makanan yang tidak halal),  dan senantiasa ingat matidan kebinasaan. Siapa yang menginginkan akherat hendaknya meninggalkan – pengaruh  kehidupan dunia. Siapa yang dapat demikian, berarti benar-benar malu kepada Allah".

Fudhail menyatakan, tanda-tanda orang celaka ada 5 (lima); keras hatinya (tidak mau menerima nasehat), beku matanya (tidak mahu melihat kebenaran), sedikit rasa malunya, cinta kemewahan dunia dan penjang angan-angannya.

Sedang As-Sariy menyatakan, rasa malu dan puas (qanaah) dapat menundukkan (melemaskan) hati. Bila keduanya masuk ke dalam hati, dan di sana ada sifat zuhud dan wara, maka hati akan menjadi tenang dan damai. Sebaliknya, bila di sana tidak ditemukan zuhud dan wara, rasa malu dan puas akan menyingkir. Tanda-tanda orang yang malu kepada Allah tidak akan menjerumuskan diri ke dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Selain rasa malu, seseorang yang hendak masuk Hadlirat Ilahy dan mendekatkan diri kepada-Nya, harus mempunyai tata krama dan sopan santun. Ini adalah sesuatu yang sangat penting.  Sebahagian ulama menyatakan, tata krama hampir mencapai 2/3 dari persoalan agama. Bahkan yang lain menyatakan, siapa yang tidak mempunyai sopan santun, berarti tidak mempunyai agama, tidak mempunyai iman dan tidak mempunyai tauhid.
"Orang yang tidak mempunyai tata krama, berarti tidak mempunyai agama, tidak mempunyai iman dan tidak mempunyai tauhid".

Dalam ibadah, mencari ilmu dan lain-lain, soal sopan santun tidak boleh ditinggalkan. Para ulama menyatakan, seseorang bisa mencapai surga dengan amalnya, akan tetapi ia tidak akan bisa masuk Hadlirat Ilahy kecuali dengan sopan santun dan tata krama (dalam ibadahnya). Orang yang tidak menjaga kesopanan dalam ketaatan, ia tetap terhijab dari Tuhan. Karena itu,  seseorang murid harus menjaga benar masalah ini. Dikatakan,para wali tidak mencapai derajat itu karena banyaknya amal, tetapi justru disebabkan oleh tata krama dan kebaikan ahlaknya.