Catatan Popular

Sabtu, 25 Jun 2016

MAQAM TAWAKAL



Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Ali Imran:122)

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memilikiarti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 :1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan,mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Secara harfiah, tawakal berarti pengakuan ketak-mampuan seseorang dan penyandaran pada seseorang lain dirinya. Dalam kajian tasawuf, tawakal memiliki beberapa derajat sesuai degan maqam hamba Allah Swt. Kwaja 'Abdullah Al-Anshari dalam Manazil al-Sairin mendefinisikan tawakal sebagai mempercaykan atau menyerahkan seluruhnya kepada sang penguasa dan bersandar kepada kemampuannya dalam masalah-masalah itu.Beberapa cendekiawan berkata, "Tawakal berarti menundukkan badan (sperti dalam sujud) dalam ibadah dan mengikatkan hati kepada rububiyyah-Nya (Allah sebagai Rabb, Penguasa). Ini artinya hanya menggunakan kekuatan tubuh sesorang untuk mengabdi kepada Allah tanpa tercampur dengan urusan hati.

Tawakkal adalah salah satu amal batin yang menghubungkan hamba dengan cinta Allah serta mengantarkannya sampai kepada puncak keikhlasan. Dan maqam ini merupakan maqam yang menjadi kewajiban kalangan awam dan khas secara umum. Tidak sebagaimana yang dipandang oleh sebagian sufi bahwa maqam tawakkal ini terlalu tinggi sehingga terlalu sulit untuk memahami dan mengamalkannya.
Dalam menegaskan konsepnya bahwa maqamat itu merupakan kewajiban semua kalangan tanpa ada perbedaan antara awam dan khas, Ibnu Taimiyah menyatakan ,
"Dan barangsiapa yang mengatakan bahwa 'maqamat' ini hanya untuk kalangan awam dan bukan untuk kalangan khas, maka ia telah keliru jika yang ia maksud bahwa kalangan khas telah keluar( dari kewajiban itu). Sebab tidak ada seorang mukmin pun yang keluar (dari kewajiban menjalani 'maqama' itu –pen). Yang keluar (dari kewajiban 'maqama' itu) hanyalah orang kafir atau munafik."


Tawakal Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini.Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsungmenggunakan kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarianyang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa setidaknyaterdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jikadisimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:

1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)

“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitabTaurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamumengambil penolong selain Aku,

 3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.

Allah berfirman (QS. 3 : 122) :


Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.

Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.

4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat)

Allah berfirman (QS. 3 : 159)


Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.

5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)

Allah berfirman (QS. 3: 173)



“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.

6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.

Allah berfirman (QS. 8 : 49):


"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Lihat juga QS.17:65.

7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)

Allah berfirman (QS. 16: 41-42):

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau merekamengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan sajamereka bertawakkal.

Lihat juga QS.29:58-59.

8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.

Allah berfirman (QS. 65:3):

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Danbarangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akanmencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan(yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuanbagi tiap-tiap sesuatu.


Tawakal Dalam Hadits

Selain dalam Al-Qur’an, dalam haditspun, tawakal memiliki porsi yangsangat banyak. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui CD ROM, kita mendapatkanterdapat sekitar 900 an hadits yang terdapat kata yang berasal darikata tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim,Sunan Abu Daud, Timidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha’ Malikdan Musnad Imam Ahmad bin Hambal.) Sebelas hadits yang dicantumkan ImamNawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup sebagaian besarhadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini,kita dapat menyimpulkan beberpa poin :

1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkankepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabidengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satudua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihatpadaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalahumatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa asbeserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanandan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali.Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuhpuluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itunabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yangmembicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Adayang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW.Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dantidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lainyang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka danbertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’. Merekamemberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘ Merekatidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasibdengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, merekabertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘YaRasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudianberdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allahmenjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab,‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).

2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepadaAllah SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkandoa-doa mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:


Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allahhanya kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah akuberiman, hanya kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah akubertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allahaku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkaujanganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernahmati, sendangkan jin dan manusia mati. (HR. Muslim)

3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibacaoleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibacaoleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supayatakut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segalakekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu danjanganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya danmembaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupikami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal.” (HR. Bukhari)

4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab RiyadhusShalihin. Dimana dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa’, ketikaRasulullah SAW sedang beristirahat di bawah sebuah pohon, sedangkanpedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorangmusyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapatmelindungimu dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAWmenjawab Allah. Setelah tiga kali bertanya, tiba-tiba pedang yangdipegangnya jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang tersebut serayabertanya, sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku?


TASAWWUF MODEN FASAL 22 : ISLAM DAN KEMAJUAN (DARI BAB 2 BAHAGIA DAN AGAMA)



TULISAN PROF DR. HAMKA (TOKOH AGAMA AGUNG INDONESIA

Tabiat manusia sentiasa suka kepada kelebihan yang ada pada dirinya sendiri, kelebihan badan kasar, keindahan atau kecantikan tubuh, dan berusaha menolak segala bahaya yang akan menimpa dirinya. Pada dirinya ada 'kekuatan'. Dengan kekuatan itulah segala yang dicita-citakan akan dicapainya dan segala yang dibenci dijauhinya. Dengan cara demikian kehidupan menusia itu mengalami kemajuan, sehingga bangsa manusia tampil ke muka dan tidak perna mundur ke belakang.

Meskipun kemajuan tidak boleh ditahan. Tetapi ada kalanya orang takut pada kemajuan itu, lalu mencuba menahan kemajuan itu, mencuba menghambat air yang hendak mengalir ke lautan. Mereka tidak memegang ubun-ubun bangsa dan mesti ikut segala aturan yang mereka buat menurut kehendak mereka. Mereka takut kalau manusia beroleh kebebasan akan terlepas dari cengkeramnya. Sebab itulah mereka perbuat bermacam aturan-aturan dan undang-undang, mengatakan bahawa orang yang mencari kebahagiaan dalam dunia adalah sesat, orang yang tertipu oleh hawa nafsu. Mereka adakan pelajaran-pelajaran zuhud, membenci dunia, padahal mereka masih hidup dlam dunia, tidak peduli akan keadaan sekelilingnya atau di dalam alam sekalian. Sehingga kelihatan tiap-tiap orang yang telah berpegang dengan agama menjadi orang bodoh, dungu, tidak teratur pakaian dan kediamannya, tersisih dalam pergaulan. Padahal bukan begitu hakikat pelajaran agama yang hanya bikinan sempit faham kepala-kepala agama sahaja.

Banyak bangsa-bangsa yang dapat pelajaran agama seperti itu hingga jatuhlah darjat mereka sampai ke kuruk tanah, lemah dan tertindas di dunia, tidak maju ke muka, tetapi surut ke belakang. Sehingga terbit persangkaan bahawa segala ibadat itu, ialah menjauhi kesenangan badan kasar. Lantaran itu kalahlah fikiran dan akal, dikalah oleh ragu-ragu dan syak wasangka, berlawan hukum agama dengan kukum kehidupan. Kepala-kepala agama memegang teguh pendirian ini tidak mahu berkisar. Tidak mahu melepaskan kuduk manusia dari pengaruh dan cengkeramannya. Sebab itu terjadilah perang di antara ilmu pengetahuan dengan agama, agama mengatakan ilmu itu kafir, sedang kaum ilmuan mengatakan agama itu kebodohan. Perang yang tidak henti-hentinya berlangsung terus, sulit didamaikan.

Islam membantah dan menentang segala teori bbuatan kepala-kepala agama itu. Dengan bukti cukup ditunjukkannya bahawa agama bukan musuh pengetahuan, bahkan agamalah penuntun ilmu menempu tujuan untuk perdamaian segala bangsa.

Allah berfirman:

Ertinya: "Katakan Muahammad, siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah Yang dikeluarkanNya untuk hambaNya, dan siapakah yang menolak rezeki yang baik-baik?" (Al-A'raf: 32).

Firman Allah swt:

Ertinya: "Ya Allah, berilah kami keselamatan di dunia dan beri pula kami keselamatan dikhirat, jauhkan kami daripada azab neraka". (Al-Baqarah: 201).

FirmanNya lagi:

Ertinya: "Dan dikatakan kepada orang-orang yang takwa" Apakah yang diturunkan Tuhanmu? Mereka menjawa b: Ialah kebaikan, iaitu untuk orang yang berbuat baik seketika di dunia dengan suatu kebaikan, dan hidup di akhirat itu adalah lebih baik lagi. Di sanalah seindah-indah tempat bagi orang yang takwa". (An-Nahl: 30).

Kerana kemajuan tidak akan tercapai dengan tiada ilmu, maka beratus ayat Quran dan beratus hadis menyerukan manusia menuntut ilmu. Apa saja macamnya, ilmu dunia dan akhirat, ilmu agama dan duniawi, ilmu alam, ilmu bintang, ilmu membuat kapal, membuat mesin, membuat kapal udara, membuat roket angkasa luar, membuat radio, membuat televisyen, membuat litrik, memperbaharui model alat perang dan seterusnya.

Semuanya dianjurkan di dalam Al-Quran, bukan dilarang. Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, seperti soal istinjak, rukun bersuci, ilmu hadis, fiqah dan sebaginya.

Doa seindah-indahnya di dalam Al-Quran dalam perkara menuntut ilmu ialah:

"Katakanlah: Ya Allah, tambahilah aku ilmu". (Thoha: 114).

TASAWWUF MODEN FASAL 21 : TERBUKA PINTU MEMAHAMKAN AGAMA (DARI BAB 2 BAHAGIA DAN AGAMA)



TULISAN PROF DR. HAMKA (TOKOH AGAMA AGUNG INDONESIA

Sebahagian pemimpin agama yang terdahulu menutup mati pintu bagi pengikut agama itu memahamkan maksud dan hikmah agama itu. Maksud mereka hanya semata-mata untuk melebihkan diri, supaya mereka saja yang dianggap alim, bijak dan pintar. Dengan itu tetaplah kekuasaan dalam tangan mereka. Orang ramai diharamkan memegang dan menyentuh, tetapi beliau sendiri halal. Orang hanya boleh membaca saja, tetapi tidak boleh memahamkan. Banyak syarat-syarat yang mesti ditempuh lebih dahulu, iaitu syarat-syarat yang tidak kepalang sukarnya. Lama-lama mereka sendiri terikat pula dengan angan-angan mereka, iaitu tidaklah faham lagi apa maksud dan isi kitab suci. Mereka hanya semata-mata menyembah tulisan, bukan kepada maksud , kepada huruf, tidak kepada tujuan. Siapa melanggar agama menurut yang mereka fahamkan disingkirkan dari agama. Jadi merekalah yang menguasai agama. Diambilnya Hak Tuhan.

Maka datanglah Quran mengkritik keras kejadian dan peraturan yang pincang ini. Satu kali menurut Al-Quran.

Ertnya: "Setengah mereka ada yang ummi, tidak mereka ketahui akan Kitab itu hanya semata-mata amani (angan-angan), tidak ada yang mereka ketahui, hanyalah menebak-nebak saja". (Al-Baqarah: 78).

Setelah itu Allah dengan terang merendahkan darjat orang yang memikul kitab suci tetapi tidak mengerti dan tidak faham maksud dan isinya.

Tuhan berfirman:

Ertinya: "Umpamanya orang yang dipikulkan kepada mereka kitab Taurat tetapi mereka tidak sanggup menanggungnya, adalah seumpama keldai yang memikul kitab-kitab jua layaknya. Amatlah buruknya prumpamaan kaum yang mendustakan ayat Allah, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya". (Al-Juma'ah: 5).

Amani, yang diertikan dengan angan angan-angan itu, ertinya menurut tafsir ialah semata-mata pandai membaca, tidak memahamkan isinya. Seprti seorang seorang qari membaca Quran dengan suara merdu dan mendayu-dayu, kena makhraj dan tajwidnya, tetapi fahamnya kosong. Dengan sendirinya mereka hanya menurut kira-kira saja, fahamnya tidak berdiri pada yang betul, tidak beralasan. Mengerjakan suatu perbuatan yang mereka sangka mendatangkan kesayangan Allah, tetapi tak disukai Allah. Mereka perbuat suatu yang mereka sangka ibadat, tetapi perbuatan bida'ah. Pada suatu masa mereka bertegang urat-leher mempertahankan pendirian tetapi tidak ada bukti, sehingga main takwil-takwil saja.

"Celakalah (wailun) bagi orang yang menyuratkan kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian mereeka katakan bahawa buatan tangan sendiri itu dari Allah, kehendak mereka hanyalah supaya pekerjaan itu mereka hargai dengan harga yang sedikit". (Al-Baqarah: 79).

Orang yang dimisalkan Tuhan dengan keldai memikul kitab-kitab adalah orang yang tidak tahu mahal atau murahnya isi kitab Taurat yang mereka pikul itu. Memang jika Allah membuat misal, cocok dan lekas masuk akal. Cuba perhatikan keldai, disuruh memikul rumput, bila sampai di tempat perhentian dihempaskannya dirinya dan dihempaskannya pula rumput yang dipikulnya itu lantaran berat. Setelah itu suruh lagi dia memikul padi, bila sampai di tempat perhentian, padi itu akan dihempaskannya pula seperti menghempaskan rumput, kerana dia tidak tahu buah padi yang akan gugur. Dia tidak tahu perbezaan harga padi dengan rumput. Orang yang bersifat seperti keldai itu cuma soraknya yang keras, tetapi darjat akalnya tidak mencapai bagaimana mahal barang yang terpikul di atas belakangnya. Sejak dari nenek moyangnya dia telah teradat disuruh memikul, apa isi, bagaimana maksud dan ke mana tujuan yang dipikulnya dia tidak faham, tidak mengerti. Keldai memikul kitab dengan keringat payah pemimpin agama itu demikian pula layaknya. Oleh kerana bodoh dan tidak tahu kebodohan diri, kitabkitab yang bernilai tinggi itu telah memberikan kerugian diri. Tidak menghasilkan ilmu, tetapi menghasilkan keberatan.

Dengan segala kritik yang bertubi-tubi dalam Quran itu, dituruti oleh berpuluh, bahkan beratus ayat-ayat yang menghasung berfikir, menggerakan hati supaya mempergunakan akal, menyuruh supaya mata digunakan melihat dan menilik, telinga supaya mendengar dan menimbang, hati supaya merasa dan tangan buat memeriksa, yang kalau segalanya itu tidak dihiraukan sama darjat dengan binatang. Dengan segalanya itu nyatalah bahawa Quran, Islam sangat menyeru supaya orang berfaham dan berilmu. Islam benci kalau Quran hanya dibaca dan dilagukan saja, tidak dikorek rahsia yang tersimpan di dalamnya. Quran tidak membezakan tingkatan orang bawah dengan tingkatan pemangku agama dalam Islam, tidak ada pendita-penditaan. Semua orang boleh jadi pendita, semua orang boleh memperhatikan Quran dan Hadis Nabi. Itulah sebabnya kalau bukan kerana kebodohan, sukar orang Islam yang dapat tertarik oleh agama lain, sebab mereka lekas faham akan agamanya.

Tetapi jangan dilupakan, bahawa pada masa yang akhir ini penyakit demikian tela pindah ke dalam kaum Muslimin. Kaum ulama mencuba pula hendak mengangkangi (menodai) dan hendak menjual belikan agama dengan harga yang sedikit, orang ramai hendak dijual tegak-tegak, tidak harus memahamkan agama kalau tidak mempunyai syarat-syarat yang jelas. Quran tidak boleh ditafsirkan kalau tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Ikut saja kata orang yang telah terdahulu, habis perkara. Tetapi mudah-mudahan sebahagian umat pada masa ini telah insaf. Faham demikian telah mulai dibasmi. Jangan mengikuti saja pada pendapat orang yang telah menyelidiki. Kerana buah penyelidikan mereka berbeza-beza menurut kadar pengertian masing-masing dan menurut tempat dan zamannya. Tetpi berusahalah supaya memahamkan Quran dengan mudah, tahu akan hadis dan hafal maksudnya, sedang mereka baru merentas jalan. Kononlah orang yang datang kemudian. Quran telah tercetak, tidak tertulis dengan tangan lagi, dan faham ulama-ulama ikutan yang telah terdahulu yang beribu-ribu banyaknya sudah dapat pula dijadikan suluh benderang dan perbandingan di dalam mencari maksud Quran. Tentu lebih mudah orang sekarang memahamkan daripada orang dahulu. Kecuali kalau diikuti kefanatikan orang agama lain itu. Ulama-ulama mengatakan tidak boleh menafsirkan Quran kalau tidak lengkap alatnya. Hilangkan kata-kata tidak itu. Ertinya Quran boleh ditafsirkan kalau cukup alatnya. Maka cukupkanlah alat itu

TASAWWUF MODEN FASAL 20 : AGAMA DFAN PENGETAHUAN (DARI BAB 2 BAHAGIA DAN AGAMA)



TULISAN PROF DR. HAMKA (TOKOH AGAMA AGUNG INDONESIA

Agama banyak ragamnya. Setengah agama hanya semata-mata ibadat dan upacara yang dilakukan di dalam waktu yang tentu dengan beberapa rukun dan syarat yang tertentu.

Dalam pada itu ilmu pengetahuan manusia bertambah naik pula, yang terbit dari penyelidikan akal dan fikiran yang tiada mahu puas. Jika berdiri suatu barang di hadapan pancaindera, timbullah pertanyaan: Apakah? Berapakah? Segala barang yang berdiri itu tidak peduli, walau agama atau keadaan, baik langit atau bumi, atau zat yang sekecil-kecilnya, semua jadi bahan pertanyaan: Apakah? Berapakah? Apa sebabnya begitu, dari mana asalnya? Kalau dibuat begini apakah hasilnya, dan kalau tidak begini apakah salahnya?

Lantaran itu, maka tiap-tiap agama selalu terbentur dengan ilmu pengetahuan,. Sehingga dalam masa yang tidak lama, tentu segala agama, upacara dan pujaan yang tidak sesuai dengan ilmu, tidak akan kuat urat tunggangnya lagi.

Penganjur-penganjur dari kepala-kepala agama, dengan setia dan teguh membela upacara agama, atau upacara yang disangkanya agama. Mereka mempertahankan dengan segala usaha dan tenaga. Dalam pada itu, manusia bertambah maju dengan ilmunya, bertambah tingkat perjalanan akalnya. Sehingga peperangan agama dengan ilmu kian lama kian hebat dan manusia yang setia kepada ilmu bertambah jauh trpisah dari agama dan manusia yang cinta kepada agama bertambah jauh terpisah dari ilmu.

Tetapi selain dari pengetahuan membongkar segala agama yang karut-marut, juga menimbulkan alasan yang kuat bahawa Yang Maha Kuasa tas alam itu memang ada, memang Wujud dan Tunggal. Sebab itu teranglah bahawa segala agama yang benar, mesti sesuai dengan ilmu yang benar, dan agama yang tidak benar, yang hanya terbit dari buah fikiran manusia yang karut, mesti tersingkir dan hapus dari muka bumi ini.

Akal sudah tahu bahawa banyak benar agama yang memaksa orang mesti percaya saja, tidak boleh membantah, padahal ilmu menentang paksaan, sebab ilmu tidak mengakui barang sesuatu sebelum dicuba dialami dan dibuktikan.

Tetapi agama yang benar, kalau belum diakui oleh ilmu, tandanya ilmu itu belum benar pula. Sebab sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahawa teori ilmu kerapkali telah menetapkan sesuatu hukum batas suatu perkara, kemudian datang teori lain membatalkan teori yang prtama. Dari ilmu yang benar timbullah percaya. Ilmu bersarang di otak dan percaya bersarang di hati. Agama ialah persetujuan perasaan hati dengan pendapat otak. Kalau belum bersetuju tandanya ilmu belum cukup perjalanannya.

Agama Islam tidak mengaku taklid buta, tetapi mengajak akal supaya bekrja menyelidiki hingga akhirnya. Agama Islam bersorak memanggil akal supaya bekerja, jangan lalai dan jangan lengah. Sebab tiap-tiap terbuka suatu pintu dari keraguan itu, terpancarlah cahaya dan hilanglah waham. Islam tidak membiarkan orang kena perkataan nina-bobok:

"Tidurlah dirumah, tak usah difikirkan panjang sebab jalan sempit, tujuan jauh, perbekalan sedikit".

Islam menyerukan supaya terlepas dari waham, syak dan ikatan was-was. Manusia diciptakan Tuhan bukan menjadi pak turut atau mengikut dengan membabi buta sebab pak turut itu turut atau mengikut dengan membabi buta sebab pak turut itu ialah binatang ternak. Manusia hidup supaya mendapat pengajaran dan ilmu dari perbandingan, dari alam, dari segala kejadian yang mengalir di dalam kehidupan yang laksana air hilir layaknya.

Umat Islam, disuruh menjadi penyaring, jangan 'nrimo wae', terima saja, laksana muara air yang dilalui ikan, buaya, kapal dan dilalui bangkai. Tetapi memilih mana yang baik, memperbaiki mana yang patut dan melemparkan barang yang tidak baik.

Firman Allah di dalam Al-Quran:

Ertinya: "Berilah kabar gembira bagi hambaKu yang suka mendengar kata dan memilih mana yang baik". (Az-Zumar: 17-18).

Menyamakan darjat manusia dengan Tuhan, tidak boleh dalam Islam, sehingga seorang manusia lantaran ada kebaikannya pada suatu masa, diagungkan, dijunjung lebih daripada mesti, dianggap tidak pernah salah, selalu benar, suci dari manusia yang lain. Sedangkan Rasulullah sendiri, kerapkali berkata bahawa dia hanya manusia biasa seperti kita ini, kelebihannya hanya kerana dia terpilih menjadi Rasul. Seketika Rasulullah meninggal dunia, Abu Bakar menegaskan dengan katanya:

"Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah meninggal, dan barangsiapa yang menyembah Allah, Alla sentiasa hidup tidak akan mati".

Islam pun memalingkan hati dari persangkaan yang berlebihan atas nenek moyang, menyangka bahawa segala yang dari nenek moyang itu benar semuanya, sehingga tak mahu mengubah dengan yang lebih disetujui akal. Islam dengan keras mengkritik orang yang berkata:

"Demikian yang kami terima dari nenek moyang kami!"

Dalam Al-Quran perkataan yang demikian dijawab dengan kritik keras:

"Bagaimana kalau nenek-moyangnya itu tidak berakal dan tidak beroleh petunjuk?"

Antara orang yang dahulu tidak berubah dengan orang yang kemudian. Antara otak lama tidak berbeza dengan otak baru. Setengah pekrjaan diperdapat oleh orang dahulu, pengalaman mereka dijadikan pengajaran oleh yang datang kemudian. Orang dahulu, dan orang kemudian keduanya sama-sama sanggup beroleh rahmat dan bahagia kalau mereka sama-sama jujur. Boleh ditimpa malapetaka kalau memilih jalan salah. Pada pemeluk agama lain berkeras mempertahankan pupsaka nenek moyang itu. Mereka menutup pintu akal, tumpulkan perjalanan ilmu. Itulah sebabnya selalu terjadi pertentangan di antara ahli ilmu dengan ahli agama.

Tiang Islam dan tempat tegaknya yang teguh ialah dua tonggak, iaitu kemerdekaan berfikir dan kemerdekaan kemahuan (Hurriyatul fikri, wa hurriyatul iradah). Kedua syarat inilah yang utama dalam alam ini, terutama di dalam abad kemajuan ini.

Dunia Eropah sekian lama terkongkong di dalam kefanikan kepala-kepala agama. Barangsiapa mengeluarkan pendapat baru, yang tidak ada dalam njil, dituduhlah dia kafir, barangsiapa yang mengeluarkan fikiran ganjil, menurut pendita, diusirlah dia dari gereja. Kemudian datanglah zaman yang bernama zaman kebangkitan zaman renaissance, di pertengahan abad ke 16 waktu Eropah membuka selimutnya, memerdekakan kemahuannya, memerdekakan pendapat mereka. Padahal sebelum itu, tanah Arab dan ke seluruh dunia 'bahawa kebodohan dan kedunguan, akal dan fikiran yang suntuk adalah perhambaan yang lebih kejam dari segala macam perhambaan.

Tidaklah hairan, jika sebelum bangsa Eropah bangun dari tidurnya, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang terbit dari akal yang masih bersih telah timbul dari dunia Islam. Kemudiannya, bangsa Eropah menjadi sumber segala pengetahuan, pendapat akal dan fikiran. Sementara dunia Islam tinggal dalam kebingungan dan meng'amin' saja. Ketika fikiran dan akal di Eropah, telah merdeka, kaum Muslimin menderita penyakit memperkosa akal dan fikiran itu.