Catatan Popular

Sabtu, 21 Januari 2017

HIKAM ATHAILLAH KE 6 : Jangan Berputus asa, Hanya Karena Pemberian Tuhan Lambat Kepadamu"



Menurut Kalam Hikmah ke 6 , Imam Ibnu Athaillah Askandary 

“Jangan sampai engkau putus asa, hanya gara-gara pemberian Tuhan lambat kepadamu, padahal kamu sudah sungguh-sungguh berdoa, sebab Allah menjamin untuk menerima semua doa menurut apa yang dipilih-Nya untukmu, tidak menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan-Nya, tidak pada waktu yang kamu tentukan”

Hikmah ini menegaskan bahwa semua doa akan diterima, jadi jangan putus asa jika berdoa tapi yang diinginkan tak kunjung ada.

Firman Allah,”Tuhanmu yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tiada hak bagi mereka memilih.”

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui secara paripurna apa yang akan terjadi, mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas-lalu baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Rabb yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana memilihkan baginya sesuatu, hendaknya dia ridho dan menerima pilihan Rabb Yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim serta Maha Mengetahui, Maha Bijaksana sekaligus, meskipun pada lahirnya pilihan itu pahit dan pedih rasanya, namun itulah pilihan terbaik untuknya. Oleh sebab itu, bila kita berdoa kemudian belum tercapai juga keinginan kita, hendaknya janganlah kita terburu-buru putus harapan.

 Abu Hasan Asy-Syadzili ra. ketika mengartikan QS. Yunus[10]:9, berkata, “Maka terlaksananya kebinasaan Firaun yang berarti setelah 40 tahun doa Musa as.”

Al-Buthi menjelaskan bahwa ada perbedaan antara meminta dan berdoa. Ini penting untuk dipahami karena banyak yang tak mengerti. Meminta  adalah menyampaikan keinginan secara verbal saja. Tapi kalau berdoa tidak sesederhana itu. Berdoa adalah menyampaikan keinginan tidak hanya secara verbal, tapi disertai hadirnya hati, konsentrasi tinggi dan budi pekerti. Jadi, permintaan belum pasti dinamakan doa, tapi doa sudah pasti dinamakan permintaan.

Permintaan bisa dianggap doa jika memenuhi 2 hal :

    1. Dilakukan dg cara hati sadar, rendah hati dan merasa hina di hadapan Allah. Permintaan yang disampaikan kepada Allah dengan hati lalai, lupa dan tanpa etika, tidak dinamakan doa dan tak dijamin diterima oleh-Nya. Karenanya tak benar apabila berkata, “Kenapa Allah tidak kunjung menerima doa saya, bukankah siapa saja yang berdoa pasti diterima?”

Dalam QS. Ghafir, 60 “Berdoalah kepadaku niscaya akan kuperkenankan”

Jelas ini sikap yang salah, karena keinginan yang ia sampaikan kepada Allah adalah permintaan saja, bukan doa. Permintaan dan doa beda.

    2. Orang yang meminta harus memulai permintaannya dengan terlebih dulu bertaubat kepada Allah dari segala maksiat yang dilakukan.

Maksudnya, jangan langsung menyampaikan keinginan kepadaNya, tapi minta ampunan dulu dari segala dosa yang selama ini dilakukan. Jika hanya sekadar menyampaikan keinginan, tapi di sisi lain masih tetap dalam gelimang kemaksiatan, ini bukan doa, tapi meminta.

Ilustrasinya begini, kita menyampaikan keinginan pada orang mulia, agar mengabulkan permintaan dan keinginan kita. Tapi sebelum itu, kita lakukan kesalahan yang membuat orang mulia itu murka, jadi bagaimana mungkin permintaan kita dikabulkan?

Itu pada manusia, lantas bagaimana bila kita menyampaikan keinginan kepada Dzat yang Maha Mulia? Tentu harus lebih dari itu. Permintaan yang tidak memenuhi 2 hal ini, bukan doa, tapi sekadar permintaan. Permintaan dinamakan doa jika memenuhi 2 hal itu.

Allah berjanji akan mengabulkan doa, bukan permintaan. Jadi jangan mengharap istijabah apabila itu permintaan. Istijabah yang dijanjikan Allah itu jangan diartikan secara sempit. Istijabah itu luas, lebih luas dari apa yang dipikirkan manusia. Jadi apabila kita berdoa dengan cara yang memenuhi syarat, tapi masih belum dikabulkan juga, tenang dulu, jangan terburu-buru.

Doa itu tetap dikabulkan, meski tidak sesuai dengan harapan. Kenapa? Karena Allah Maha Tahu, Maha Bijak, tahu pada yang terbaik bagi kita. Jangan terburu-buru menvonis doa kita tidak dikabulkan, boleh jadi apabila keinginan kita itu terwujud akan berdampak negatif pada kita.

Yang jelas, jika kita telah berdoa sesuai tuntunan di atas, maka Allah akan memberi yang terbaik, meski itu tidak sesuai dengan keinginan. Dalam hal ini sebaiknya kta merujuk pda al-Quran, surat al-Baqarah, ayat 216.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:216)

Selanjutnya, al-Buthi mewanti-wanti, bahwa doa yang diperintah oleh Allah itu bukan sebuah media untuk mencapai tujuan akhir. Doa adalah ibadah dengan sendirinya. Doa adalah tujuan, bukan perantara. Kita berdoa bukan hanya di saat butuh dan terkena musibah. Doa adalah sebuah menifestasi dari wujud kehambaan kita pada-Nya. Dengan doa, kita jadi sadar bahwa kita lemah dan butuh pada Allah. Kalo berdoa saat butuh saja, kita tidak akan berdoa lagi apabila hajat kita terpenuhi. Ini tidak benar. Karenanya, diantara adab berdoa adalah, kita tidak selalu menuntut Allah agar wajib mengabulkan doa kita. Meski di sisi lain Allah telah menjanjikan doa kita dikabulkan apabila kita berdoa, tapi tidak sepantasnya kita menuntut itu. Kita diperintah berdoa dengan cara yang baik, karena doa itu ibadah. Soal dikabulkan atau tidak itu hak Allah.

Nabi bersabda, Doa itu dg sendirinya sudah dinamakan ibadah”

Kita hanya menjalankan perintah berdoa, karena kita adalah hamba yang lemah. Selanjutnya kita pasrahkan kepada Allah. Allah sudah pasti mengetahui yang terbaik kepada kita, sehingga Dia juga akan memberikan yang terbaik kepada kita.

Dalam hal apapun, termasuk doa, kita terus tanamkan dalam hati sikap husnudzhon kepada Allah

Tiada ulasan: