Catatan Popular

Rabu, 4 Januari 2017

YAHYA BIN MU'ADZ AR-RAZI DAN SAUDARANYA



Yahya bin Mu'adz mempunyai seorang saudara yang pergi ke Mekkah dan kemudian bertempat tinggal di dekat Ka'bah. Saudara-nya itu mengirim surat kepada Yahya.

"Ada tiga hal yang kucita-citakan. Dua di antaranya telah terlaksana. Tinggal satu lagi yang belum tercapai. Doakanlah kepada Allah semoga Dia berkenan menyempurnakan keinginanku yang terakhir ini. Keinginanku yang pertama adalah melewatkan hari-hari tuaku di suatu tempat yang paling suci di atas dunia ini dan saat ini aku telah berada di tanah suci, suatu tempat termulia dari segala tempat. Keinginanku yang kedua adalah memiliki seorang hamba untuk merawat diriku dan menyediakan air untuk bersuci dan kini Allah telah menganugerahkan seorang hamba perempuan yang baik budinya. Keinginanku yang ketiga adalah untuk bertemu denganmu sebelum ajalku. Doakanlah kepada Allah, semoga Dia mengabulkan keinginanku ini".
Yahya menjawab surat saudaranya itu :
"Berkenaan dengan isi suratmu bahwa engkau menginginkan tempat terbaik di atas dunia, hendaklah engkau menjadi yang terbaik di antara semua manusia dan setelah itu tinggallah di sembarang tempat yang engkau kehendaki. Suatu tempat menjadi mulia karena orang-orang yang menempatinya, bukan sebaliknya.

Mengenai keinginanmu akan seorang hamba yang pada saat ini telah engkau dapatkan, jika engkau adalah seorang manusia yang benar dan berbakti, niscaya engkau tidak mengambil hamba Allah menjadi hambamu sendiri, karena menghalangi dirinya untuk mengabdi kepada Allah dan membuatnya sibuk untuk mengabdi kepadamu. Engkau sendirilah yang harus menjadi hamba. Engkau ingin menjadi seorang yang dipertuan padahal yang patut dipertuan hanya-lah Allah. Menghambakan diri adalah kewajiban manusia. Seorang hamba Allah haruslah menjadi seorang hamba. Jika seorang hamba Allah menghasratkan kedudukan yang hanya pantas dimiliki Allah, maka ia tak obahnya Fir aun.

Terakhir sekali, tentang keinginanmu bertemu denganku, sesungguhnya jika engkau benar-benar memikirkan Allah, niscaya kau takkan teringat kepadaku. Karena itu, mengabdilah kepada Allah sehingga sedikit pun tiada ingatan kepada saudaramu di dalam pikiranmu. Dalam pengabdian itu kita harus rela untuk mengorbankan putera sendiri; apalagi seorang saudara! Jika engkau telah menemukan Dia, apakah artinya aku bagimu? Jika engkau belum menemukan Dia, apakah paedah yang dapat kau petik dari perjumpaan kita?".

Tiada ulasan: