Catatan Popular

Selasa, 27 Jun 2017

KITAB MUKASYAFATUL QULUB BAB 11 TAAT DAN CINTA KEPADA ALLAH SERTA UTUSANNYA (MENYINGKAP RAHSIA KALBU)

OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI

Firman Allah SWT:
"Katakanlah; bilamana kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, tentu Allah juga mencintai kamu.... (QS.3 Al Imran:31)"

Ketahuilah bahwa cintanya Allah kepadamu adalah menurut bagaimana cinta kalian kepada Allah dan Utusan-Nya dengan mengikuti perintah-Nya. Dan bukti cinta Allah kepada hamba-Nya ialah dengan Anugerah-Nya dan ampunan-Nya.
Ada yang berkata:
"Bila hamba mengerti bahwa kesempurnaan hakiki adalah milik Allah, maka apapun yang dilihatnya baik dan sempurna pada dirinya atau orang lain tidak luput dari pertolongan Allah. Dan pasti cinta mereka tidak ada lain kecuali hanya kepada Allah. Inilah yang menyebabkan hasrat untuk berbakti kepada-Nya dan suka terhadap sesuatu yang bisa mendekatkan diri pada-Nya. Makanya cinta mereka direalisasikan dengan taat kepaa-Nya dan mengikuti jejak Rasulullah SAW dari segi taat beribadah pada-Nya.

Syir'atul Islam
Melalui Hasan, katanya para umat zaman Rasulullah SAW selalu berkata:
"Ya Muhammad, sungguh kami amat mencintai Tuhan kami"
Kemudian Allah menurunkan ayat diatas.


Melalui Bisyri, katanya:
Aku bermimpi melihat Nabi SAW, beliau bersabda begini:
"Hai Bisyri, aapa kau tahu lantaran apa Allah mengangkat derajatmu lebih tinggi dibanding teman-temanmu".
Kataku:
"Tidak, Ya Rasul".
Jawab Nabi:
"Yakni dengan pelayananmu terhadap orang-orang shaleh, cinta dan nasehatmu terhadap sesama kawan dan engkau memegang dan mengikuti sunnahku".

Sabda Nabi SAW:
"Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku, maka sungguh dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku, maka kelak ia bersama aku pada hari kiamat didalam surga".

Ucapan sahabat Nabi SAW yang terkenal:
"Orang yang berpegang teguh pada sunnah Nabi SAW (Dimana beliau SAW sebagai utusan sekaligus pemegang akhlak ketika semua orang rusak akhlaknya, dan ketika banyak aliran) maka ia memperoleh pahala seperti 100 orang mati syahid".

Nabi SAW bersabda:
"Setiap umatku pasti masuk surga kecuali yang membangkang".
Ada yang bertanya:
"Siapa saja yang membangkang, Ya Rasul"
Sabda Nabi:
"Barangsiapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan siapa yang maksiat kepadaku ia telah membangkang. Dan setiap perbuatan yang tidak berdasarkan sunnahku disebut maksiat".

Sebagian ulama berkata:
"Bilamana kalian melihat seorang syeikh atau Kyai mampu terbang ke angkasa, berjalan diatas laut, menelan api dan lain-lain, namin ia masih meninggalkan kewajiban yang diwajibkan Allah SWT atau meninggalkan kesunnahan yang disunnahkan oleh Nabi-Nya dengan sengaja; maka ketahuilah bahwa dia adalah pembohong dalam setiap dakwahnya. Perbuatannya tidak bisa disebut keramat melainkan istidroj".

Imam Junaid RH berkata:
"Seseorang tidak bisa menyampaikan sesuatu kepada Allah keculi menurut kehendak Allah. Dan jalan untuk sampai kepada Allah adalah dengan mengikuti sunnah Nabi yang terpilih Muhammad SAW"


Imam Ahmad Al Hawaarii RH berkata:
Tiap-tiap perbuatan tanpa didasari Sunnah Nabi SAW, maka rusak, sebagaiman ada sabda Nabi SAW:
"Barangsiapa yang menyia-nyiakan sunnahku, maka syafaatku haram bagi dia".

Kisah:
Diantara orang-orang gila ada seorng lelaki menganggap bahwa orang gila itu tolol dalam perilakunya. Perilaku itu diceritakan kepada Ma'ruf Al Karokhi, dan ia tersebyum saja sambil berkata:
"Wahai saudaraku, dia memang memiliki orang-orang yang cinta dari kalangan orang awam atau pembesar, dari orang yang punya akal atau orang gila. Dan orang yang kau lihat tadi termasuk dari yang gila".

Imam Junaid RH berkata:
Guru kami As Sarii sedang sakit,. Kami tidak tahu penyebab dan obatnya, hanya ada tabib yang pandai menyuruh kami mengambil sebotol air seni guru. Tabib pun melihat air tersebut agak lama, kemudian berkata:
"Air kencing ini sepertinya air kencing orang yang sedang rindu".
Aku pun pingsan tidak sadar dan botol itu jatuh dari tanganku. Setlah sadar aku menghampiri guru As Sarii, lalu kuceritakan semuanya. Ia hanya tersenyum dan berkata:
"Alangkah tajam penglihatannya, dan semoga Allah membunhnya".
Aku berkata:
"Apakah kerinduan seseorang bisa dilihat dari air kencing".
Jelas Guru As Sarii:
"Ya, bisa".

Kata Imam Fudlail RA:
Ketika ditanya padamu:
"Apakah engkau mencintai Allah"
Maka dialah. Karena bila kamu menjawab:
"Tidak"
Maka kafirlah engkau. Bila engkau menjawab:
"Iya,"
Maka kamu bukan sifatnya orang yang mencintai Allah. Dan takutlah kamu akan Kemurkaan Allah.

Kata Sufyan:
"Barangsiapa yang mencintai orang yang cinta kepada Allah, artinya dia telah mencintai Allah. Juga yang mengagungkan orang yang mengagungkan Allah, sama dengan ia mengagungkan Allah".


Kata Sahl:
:Tandanya cinta Allah adalah mencintai Al Quran. Dan tandanya cinta Allah dan cinta Al Quran ialah mencintai Nabi Muhammad SAW; dengan tanda mencintai sunnahnya. Tanda mencintai sunnahnya ialah mencintai akherat. Tanda cinta akherat ialah benci terhadap dunia dan tanda benci dunia ialah mengambil urusan duniawi hanya sebagai bekal untuk menuju akherat".

Kata Abu Hasan Az Zanjaani:
"Dasarnya ibadah ada 3 syarat: mata, hati dan lidah. Mata untuk menarik pelajaran, hati untuk tafakkur dan lisan/lidah untuk berkata benar, bertasbih dan berdzikir. Sebagaiman ada firman Allah SWT:
"Berdzikirlah kalian kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya; dan bertasbihlah pada-Nya disaat pagi dan petang. (QS.33 Al Ahzab:41-42)"

Kisah:
Sesungguhnya Abdullah dan Ahmad bin Harbi mendatangi suatu tempat. Yang Ahmad bin Harbi memotong rumput, sementara Abdullah berkata:
"Ada 5 hal yang berhasil menguasaimu:

Hatimu sibuk dengan sesuatu, sampai tak sempat bertasbih untuk Tuanmu.
Engkau membiasakan kesibukan itu sampai benar-benar lupa dzikir kepada Allah.
Engkau menjadikan sebagai kebiasaan.
Sampai-sampai banyak orang mengikuti.
Engkau menetapkan dirimu akan sesuatu sebagai Dasarnya Allah 'Azza Wa Jalla kelak dihari kiamat.
Demikian disebutkan dalam Rounaqul Majaalisi.

Kata Saroo RA:
Aku melihat sawiqo dibawah oleh Jurjani, ia memakannya tanpa dilumuri dengan air. Aku pun berkata:
"Kenapa engkau tidak makan yang lain saja".
Ia menjawab:
"Aku telah memperhitungkan ketika mengunyah dan menelan ada 90X tasbih dan akhirnya aku tidak makan roti sejak 40 tahun yang lalu".

Sahl bin Abdullah makan setiap 15 hari sekali. Bahkan dalam bulan Romadhon hanya makan sekali saja. Suatu saat tertentu pernah tidak makan selama 70 hari, justru ia lemah kalau makan dan kuat kalau lapar. Dia selalu bersama-sama Abu Himaad Al Aswaad selama 30 tahun dan ia tidak pernah melihat ada makanan atau minuman, namun tidak pernah luput dari Dzikir kepada Allah.

Kisah:
Amr bin Ubaid tidak akan keluar dari tempatnya kecuali ada 3 tujuan:

Berjama'ah.
Menjenguk orang sakit.
Mengantar jenazah.
Ia berkata:
"Aku memandang semua orang adalah pencuri dan penyamun, padahal umur merupakan mutiara terindah. Selayaknya diisi penuh dengan amalan akherat. Mengertilah bahwa orang yang mengkehendaki akherat akan menjauhi urusan duniawi agar tujuan hati tetap satu dan segi lahiriah tidak keluar dari batiniahnya. Sebab tidak mungkin memelihara satu perkara tanpa memperhatikan antara yang lahir dan batin".

Kata Asy Syubali:
"Kalau mengantuk menalariku, maka aku harus mencelaki mataku dengan geram. Kalau masih mengantuk, aku pun mengoleskan pena celak ke mataku".

Kisah:
Kata Ibrahim bin Hakim:
"Bila ayahku mengantuk, ia menceburkan dirinya ke laut. Ia melafadzkan tasbih dan ikan-ikan mengerumuni membaca tasbih bersamanya".

Kisah:
Sesungguhnya Wahib bin Mummbih brdo'a kepada Allah agar dihilangkan rasa kantuk semalam saja. Dan hilangnya rasa tidurnya selam 10 tahun. Sementara Hasan Al Hallaj mengikut dirinya dari mata kaki sampai lutut dengan 13 tali. Keadaan seperti itu tetap mengerjakan shalat sehari semalam 1.000 raka'at. Juga Al Junaid bekerja ke pasar membuka tokonya, ia masuk dan menurunkan tabirnya dan mengerjakan shalat 400 raka'at, kemudian ia pulang. Dan Habsyi bin Dawud mengerjakan shalat shubuh selama 40 tahun dengan wudhunya shalat 'Isya. Untuk itu selayaknya orang mukmin selalu dalam keadaan suci, membayangkan dirinya duduk dihadapan Rasulullah SAW menurut ukuran hadir dan dekatnya hati, sehingga nampak tenang dan agung dalam setiap perbuatan. Ia bersabar menghadapi orang lain dan tidak mengikutsertakan dalam kejahatan, serta memohonkan ampun buat orang lain terhadap Allah. Tidak perlu bangga dengan amal kebajikannya, sebab berbangga diri adalah sifatnya syetan. Pandanglah diri ini dengan hina dan memandang orang shaleh dengan pandangan mulia. Barangsiapa yang tidak memahami keagungan orang lain, maka Allah menghalangi bisa berkawan dengan dia. Juga barangsiapa yang tidak mengenal ketaatan dengan orang lain, Allah akan mencabut rasa manisnya taat kepada Allah.


Fudlail bin Iyadl ditanya:
"Wahai Abu Ali, kapan orang bisa jadi shaleh"
Ia menjawab:
"Bila nasehat ada dalam hatinya, artinya dalam hati ada rasa takut kepada Allah dan di lisan selalu benar serta anggota badannya selalu beramal shaleh".

Allah SWT berfirman ketika memi'rajkan Nabi SAW:
"Wahai Muhammad, bila engkau ingin jadi orang yang wira-i maka zuhudlah terhadap dunia dan cintailah akherat".
Beliau SAW bertanya:
"Tuhanku, bagaimana cara aku berzuhud".
Allah SWT berfirman:
"Ambillah dunia sekedar buat minum, makan, dan berpakaian. Dan janganlah menimbun untuk hari esok serta langgengkan dzikir kepada-Ku".
Beliau SAW bertanya:
"Wahai Tuhanku, bagaimana caranya melanggengkan dzikir kepada-Mu".
Allah SWT berfirman:
"Asingkan diri dari manusia, buat tidurmu untuk shalat dan makanmu untuk lapar".


Nabi SAW pernah bersabda:
"Zuhud terhadap dunia bisa memberikan kesempatan hati dan badan untuk istirahat. Sedangkan rakus duniawi bisa menimbulkan keprihatinan. Cinta dunia merupakan pangkal kesalahan dan mengasingkan dari dunia merupakan pangkal kebajikan dan ketaatan".

Kisah:
Ada seorang lelaki membeli budak muda. Budak itu berkata:
"Wahai tuanku, aku ingin membuat perjanjian denganmu:

Tuan jangan menghalangi aku melakukan shalat fardhu.
Silahkan tuan memerintah aku pada siang hari semau tuan dan tidak memerintahkan di malam hari.
Tuan menyediakan satu ruang yang dilarang masuk kecuali aku.
Kata tuannya:
"Untukmu semua syarat-syarat itu. Dan sekarang lihatlah kamar-kamar yang engkau kehendaki".
Si budak berkeliling dan dia menemukan sebuah kamar yang tidak terawat. Kata si budak:
"Aku ambil kamar yang ini".
Jawab si tuan:
"Mengapa engkau memilih kamar yang tidak terawat".
Jawab si budak:
"Tidakkah tuan mengerti, sesuatu yang tidak terawat bila bersama Allah akan berubah jadi taman".

Selanjutnya si budak melayani tuannya di siang hari dan berdzikir di malam hari. Saat ia berdzikir, tuannya mengelilingi rumah dan sampailah pada kamar si  budak. Ia sangat terkejut, kamar itu berubah bercahaya, sementara si budak bersujud, yang diatas kepalanya ada pancaran "Nur" antara langit dan bumi. Si budak bermunajat merendahkan diri:
"Wahai Tuhanku, engkau bebankan kewajibanku terhadap tuanku di siang hari. Andaikan tidak, tentu aku tidak akan sibuk kepada-Mu kecuali di siang dan malam hari. Dan sekarang terimalah alasanku itu wahai Tuhanku".

Si tuan memandang si budak sampai pagi tiba. Ia pun pulang dan menceritakan pada istrinya. Pada malam kedua ia mengajak istrinya melihat kamar si budak. Melihat si budak bersujud dan sorotan cahaya memancar dari kepalanya. Mereka memandangi si budak di ambang pintu sambil menangis. Tuan tiba-tiba memanggil budak, dan berkata:
"Wahai budak, sekarang engkau merdeka karena Allah SWT. Engkau pernah mengajukan alasan pada-Nya serta tenggelam dzikir pada-Nya".


Namun si budak langsung menengadahkan tangannya keatas dan berdo'a:
"Wahai Dzat Yang memiliki Rahasia, sesungguhnya rahasiaku sudah terbuka. Dan aku tidak ingin hidup lagi kalau rahasiaku terbuka".
Ia memohon sekali lagi:
"Aku mohon kematian".
Ia langsung jatuh dan meninggal dunia. Demikianlah sifat orang-orang shaleh dan orang-orang yang dirundung rindu kepada Allah serta yang mencari Ridho-Nya.

Nabi Musa AS punya kawan yang amat dicintai. Suatu hari si kawan berkata:
"Wahai Musa, berdo'alah pada Tuhanmu agar Dia mengenaliku dengan amat kenal".
Nabi Musa AS pun berdo'a dan Do'anya dikabulkan.

Nabi Musa AS menyusul kawannya ke gunung bersama binatang-binatang liar, namun ia tidak menemukan kawannya itu. Nabi Musa AS mengeluh:
"Ya Tuhanku, saudaraku dan kesayanganku, aku telah kehilangan temanku".
Ada yang menjawab:
"Wahai Musa, barangsiapa yang mengenal-Ku dengan amat kenal, maka dia tidak akan berteman lagi dengan makhluk selama-lamanya".

Ada sebuah hadits:
Sesungguhnya Nabi Yahya dan Nabi Isa berjalan-jalan di pasar dan ada wanita yang menghadang mereka. Tiba-tiba Yahya AS berkata:
"Demi Allah aku tidak melihat hal itu".
Jawab Isa:
"Maha Suci Allah....! Tubuhmu bersamaku, lalu hatimu kemana".
"Wahai anak bibiku, andaikan ketenangan hatiku tertuju pada selain Tuhanku dalam sekejap mata saja, engkau pasti menyangka bahwa aku tidak mengenal Allah"

Ada yang berpendapat:

"Bukti kebenaran kemakrifatan ialah melepas urusan duniawi dan memurnikan diri untuk Dzat Yang Menguasai. Sesungguhnya pemabuk minuman yang disenangi tidak akan sembuh kecuali memperlebar pandangan fikir dan itu merupakan cahaya Ketuhanan".

Tiada ulasan: